Kota Prabumulih, Sumatera Selatan, telah terlelap. Di halaman PT Pertamina EP Asset 2 Field Prabumulih, Kapten CPM Hengky Titoni menggelar taklimat bersama anggotanya.
Malam itu, pasukan di bawah komando operasi (BKO) PT Pertamina EP akan patroli menyisir pipa penyalur minyak mentah. Lokasi patroli berada di wilayah Beringin.
"Kita akan memasuki daerah merah. Beberapa hari lalu Kapolsek Rambang tertembak kakinya di sana," Hengky mengingatkan anggotanya. Peristiwa itu terjadi di siang bolong. Para pencuri merasa terdesak, dan menyerang polisi. Komplotan pencuri memakai senjata rakitan kecepek dan penabur.
"Saya sudah merasakan sendiri. Pelurunya menyembur ke segala arah. Daun pun bisa tertembak," tutur Hengky. Pasukan aparat pun merangsek secara zigzag untuk menghindari peluru yang menyebar acak. Penyergapan dilakukan oleh polisi dari empat wilayah kepolisian dan pasukan BKO. "Ada 100-an personil. Tapi pencuri menantang kami untuk merangsek maju."
Pasukan sergap berhasil mengamankan tiga truk penampung minyak mentah dan seorang terduga yang menjadi anggota komplotan. Bak belakang truk sudah dimodifikasi menjadi tangki minyak berbentuk kotak.
"Dari luar, truk tidak terlihat sebagai pengangkut minyak," ungkap Hengky. Bila lolos, tiga truk tersebut kelihatan seperti truk pengangkut batu bara yang banyak berseliweran di Prabumulih.
"Sopir jangan lari kalau terjadi apa-apa," kata Hengky,
"ikuti saja tentara yang bersenjata. Atau tetap di dalam mobil."
Selain bersama pasukan BKO, patroli malam itu juga melibatkan keamanan PT Pertamina EP dan kepolisian.
Hengky mengisahkan lokasi penembakan di simpang Negeri Agung itu masih belum kondusif. Sebelum memasuki tempat kejadian perkara, Hengky menghubungi seorang informan. "Kabar terakhir mereka belum keluar dari hutan. Mereka juga menambah logistik," jelas Hengky.
Malam itu, tempat kejadian perkara gelap gulita. Mobil patroli berhenti, lampu mati. Hengky turun dari mobil diikuti anggota patroli. Setelah dirasakan aman, seluruh anggota patroli menyebar.
Dia menunjukkan lokasi pencuri yang membolongi pipa minyak mentah. Selang plastik sepanjang 300 meter menyalurkan minyak ke truk penampung di seberang jalan. Tiga unit truk tersembunyi di kerimbunan kebun karet.
"Truk diparkir berbaris di jalur jalan yang berbentuk U. Saat kita sergap, truk tidak bisa ke mana-mana," jelas lelaki yang mengawali karir militer di Komando Strategis Angkatan Darat itu.
Dari plat nomer kendaraan, Hengky tahu truk pencuri masih baru. Kredit kendaraan yang mudah membuat komplotan gampang memiliki truk sendiri. Rupanya, truk baru membuat para pencuri minyak berani bertahan dan menyerang aparat. Malam itu memang tak ada kejadian apa-apa. Semua aman terkendali.
Namun Hengky dan anggota patroli terus menyisir pipa minyak dan semua fasilitas yang menjadi objek vital nasional. Tak hanya pipa, pasukan patroli juga memeriksa pompa minyak, rig service, beserta tenaga manusia yang bekerja malam hingga pagi.
Subuh menjelang di Prabumulih. Hengky dan anggotanya baru kembali ke pos komando pengamanan Field Prabumulih.
Siangnya, dia mengecek pipa penyaluran minyak mentah dari Pusat Penampung Produksi Prabumulih ke Plaju yang dibolongi pencuri. Kantong di bawah mata Hengky mengembang. Dia belum banyak tidur hari itu.
Penulis | : | |
Editor | : | Kontributor Singapura, Ericssen |
KOMENTAR