Riset Urban Water Blueprint yang dirilis The Nature Conservancy (TNC) menyebutkan, Jakarta masuk dalam daftar lima kota di kawasan Asia Pasifik yang rawan kekurangan dan pencemaran air. Namun, ancaman kerawanan serupa juga mengancam kota lain di Indonesia yang berpenduduk lebih dari 750.000 orang.
"[Kota-kota] dengan infrastruktur tua dan rusak, sumber air alami dan pasokan yang dikelola dengan buruk, ditambah dampak akibat perubahan iklim," ujar Conservation Leverage Manager TNC Program Indonesia, Arisetiarso Soemodinoto di Jakarta, Kamis (27/11).
Arisetiarso mengatakan, kota-kota tersebut harus segera mengambil tindakan nyata untuk membantu meningkatkan kondisi hulu daerah aliran sungai. "Untuk meningkatkan jumlah dan kualitas pasokan air," ujar dia.
Riset tersebut mendapati lima kota yang paling terancam kekurangan air dari 15 kota yang dikaji di kawasan Asia Pasifik itu, yakni Shenzhen, Taipei, Singapura, Tokyo, dan Jakarta.
Arisetiarso menambahkan, mayoritas kota-kota di Asia Pasifik—berdasarkan riset itu—juga mengalami polusi tinggi di sumber airnya, terutama akibat sedimentasi.
Sistem air permukaan di Jakarta juga menjadi perhatian riset ini selain tingkat pencemaran sumber air tersebut. Pemerintah Provinsi DKI Jakarta dan pengelola air harus mengupayakan sistem penyaluran yang lebih hemat dengan mengurangi kebocoran, mendorong teknik penampungan air hujan, dan segera mengganti infrastruktur.
"Mereka juga perlu mendorong upaya-upaya konservasi, terutama di sekitar DAS," kata Arisetiarso. Penanaman kembali sekitar 18.000 hektar lahan di bagian hulu DAS, yang memasok air untuk kawasan Ibu Kota, dapat mengurangi kandungan zat hara dalam air hingga 10 persen.
Menurut Arisetiarso, riset ini mengambil sampel Jakarta dan Samarinda untuk mewakili Indonesia. Meski demikian, dia mengatakan, kekurangan air juga mengancam kota-kota lain di Indonesia seiring pertambahan populasi.
Selain membahas masalah kerawanan pasokan air, riset TNC juga menganalisis potensi lima strategi konservasi. Setiap strategi diuji efektivitasnya dalam mengurangi sedimentasi dan polusi zat hara di 2.000 DAS.
Penulis | : | |
Editor | : | Palupi Annisa Auliani |
KOMENTAR