Harus diakui, hal pertama yang membuat Mesir layak dikunjungi adalah jejak-jejak peradaban tuanya. Peradaban firaunik yang telah berusia hampir 5.000 tahun diakui dunia sebagai bentuk peradaban tinggi tertua dalam sejarah manusia.
Hingga kini, jejak-jejak peradaban itu masih bisa dilihat nyata. Kompleks Piramida Besar Giza yang termasyhur itu misalnya, hanya berjarak sekitar 11 kilometer (km) dari pinggir selatan kota Kairo.
Setelah selama ini hanya bisa melihat sosok tiga piramida besar itu di foto, kartu pos, situs web, atau film dokumenter, ada perasaan takjub saat akhirnya bisa melihat bangunan-bangunan raksasa itu di depan mata. Muncul pertanyaan yang mungkin menghinggapi semua orang hingga kini: bagaimana bisa membuat bangunan sebesar itu 4.500 tahun silam?
Para penjual suvenir termangu menunggu pembeli di kompleks Piramida Besar Giza di Giza, Mesir, Selasa (21/10/2014). Piramida Besar Giza yang berusia hampir 5.000 tahun masih menjadi ikon pariwisata Mesir paling terkenal di seluruh dunia. (Dahono Fitrianto/Kompas)
Saat menyambangi Nekropolis Giza, Oktober lalu, kompleks tersebut terlihat sepi. Kekacauan yang sempat terjadi di Mesir menyusul Revolusi 2011 telah memukul sektor pariwisata negara itu. ”Jumlah wisatawan yang datang ke sini belum kembali normal seperti era sebelum revolusi,” kata Ashraf El Naggar, pemandu yang menemani kami waktu itu.
Setelah selama ini hanya bisa melihat sosok tiga piramida itu di foto, kartu pos, situs, ada perasaan takjub akhirnya bisa melihat bangunan-bangunan raksasa itu di depan mata.
Tak hanya bangunan piramida itu yang masih tersisa dari peradaban para firaun di Mesir. Kembali ke Kairo, tepat di pusat kota di dekat Alun-alun Tahrir yang terkenal itu, terdapat Museum Purbakala Mesir (Egyptian Antiquities Museum). Di dalamnya tersimpan ribuan artefak Mesir Kuno yang menunjukkan betapa majunya peradaban waktu itu.
Mulai dari benda-benda kecil seperti perhiasan atau permainan papan mirip catur, hingga patung-patung raksasa dan set peti mati berlapis emas untuk menyimpan mumi Raja Tutankhamun yang sangat terkenal.
Masyarakat Mesir Kuno waktu itu juga sudah mengenal sistem pengukuran waktu dalam bentuk jam matahari atau jam air.
Ashraf, seorang sarjana ahli Mesir Kuno atau egiptolog, bahkan menunjukkan salah satu benda di dalam makam Tutankhamun yang diyakini berfungsi sebagai kondom. ”Benda ini terbuat dari usus binatang yang diberi tali pengikat,” tuturnya.
Jejak Islam dan Kristen
Bicara soal sejarah, Mesir tak hanya memiliki kekayaan peninggalan era firaun. Sejarah panjang peradaban yang sudah terentang ribuan tahun menyimpan jejak-jejak bangsa lain yang pernah berkuasa di Mesir. Mulai dari Yunani, Romawi, hingga peradaban Kristen dan Islam.
Banyak peninggalan era itu bisa ditemukan di kawasan Old Cairo atau Kota Tua Kairo. Salah satunya adalah kompleks Benteng Babylon yang diyakini dibangun pada 525 SM. Benteng yang kemudian dibangun ulang oleh orang-orang Romawi itu diduga menjadi tempat memungut pajak bagi orang-orang yang melintas di Sungai Nil.
Kini benteng itu berada di kompleks Museum Koptik. Di dalam kompleks itu juga ada Gereja Al-Muallaq atau Gereja Gantung (disebut Gereja Gantung karena gereja itu dibangun di atas struktur Benteng Babylon tersebut), gereja Kristen Koptik yang dibangun pada abad ke-4. Artinya, bangunan dasar gereja itu jauh lebih tua daripada Candi Borobudur.
Tak jauh dari kompleks tersebut terdapat Masjid Amr ibn al-As, masjid tertua di Mesir yang dibangun pada sekitar tahun 642. Masjid itu dibangun oleh Amr ibn al-As (juga disebut Amru bin Ash), sahabat Nabi Muhammad SAW yang menaklukkan Mesir pada 640.
Penulis | : | |
Editor | : | Palupi Annisa Auliani |
KOMENTAR