Salah satu sudut Kairo yang berwajah modern, Heliopolis. (Stock Photo)
Selebihnya, melancong ke Mesir sangat menyenangkan. Dari urusan makanan, misalnya, warga Indonesia tak perlu bingung mencari makanan halal.
Citarasanya pun masih bisa dinikmati ”lidah Indonesia”. Secara umum, ragam kuliner di Mesir tak jauh beda dengan dunia Arab lain atau negeri-negeri di seputar Laut Mediterania.
Lalu lintas di Kairo memang macet pada jam-jam sibuk, mirip Jakarta. Bedanya, hanya ada sedikit pengendara sepeda motor sehingga jalanan terkesan tak terlalu ruwet dan jarang terjadi kemacetan total.
Bosan dengan yang kuno-kuno dan kangen mal? Jangan khawatir, Kairo adalah kota metropolis modern. Ada mal-mal modern yang tak kalah megah dibanding Mal Pondok Indah atau Grand Indonesia, seperti Mall of Arabia di kota satelit 6th October City di selatan Kairo atau Sun City Mall di kawasan elite Heliopolis.
Malam hari pun tak akan berlalu begitu saja di Kairo. Di sepanjang tepian Sungai Nil banyak kapal yang difungsikan sebagai restoran atau kafe.
Sebagian kapal itu menyediakan paket pesiar menyusuri sepenggal Sungai Nil yang pada malam hari memantulkan kerlap-kerlip cahaya kota yang romantis. Mesir memang hadiah terindah dari Sungai Nil.
Penulis | : | |
Editor | : | Palupi Annisa Auliani |
KOMENTAR