Matahari sudah mulai tampak di ufuk timur, saya beserta lima rekan seperjalanan menghabiskan pagi dengan kegiatan snorkeling di perairan dekat Pulau Hoga. Di pulau ini Anda akan disuguhi pemandangan ikan dan terumbu karang berwarna-warni. Anda tidak perlu menyelam terlalu dalam untuk melihat keindahan bawah lautnya. Saya beruntung dengan keadaan ini, maklum saja kemampuan berenang saya sangatlah terbatas.
Usai menyelami keindahan sebagian kecil bagian Segitiga Terumbu Karang Dunia, kami bersiap untuk berpindah menuju Pulau Wangi-wangi. Sekitar pukul 10.00 WITA, kami meninggalkan Kapal Menami. Di dekat Pulau Hoga, Kapal Menami terpaksa melepas sauh karena mengalami gangguan. Selama dua hari kami bermalam di atas floating ranger station milik WWF Indonesia itu.
Menaiki Simba—kapal cepat yang juga milik WWF Indonesia—kami harus mengucapkan salam perpisahan kepada Menami. Pagi itu cuaca begitu cerah dengan awan putih menggantung di langit yang berwarna biru cerah. Dengan kecepatan penuh, Simba membelah ombak membawa kami sedikit terombang-ambing.
Di atas Simba, saya mengagumi keindahan Wakatobi yang begitu termasyhur. Siapalah yang tak kenal Wakatobi, kawasan yang konon disebut sebagai surganya para penyelam? Saya termasuk salah satu orang yang beruntung dapat menjejakkan kaki di sini.
!break!Sepanjang perjalanan menuju Pulau Wangi-wangi, kami banyak bercerita tentang pengalaman mengelilingi empat pulau besar Wakatobi, yakni Wangi-wangi, Kaledupa, Tomia, dan Binongko. Kesempatan kami mendatangi Kepulauan Wakatobi ini berbarengan dengan Ekspedisi Liwuto Pasi.
Layaknya cuaca yang begitu bersahabat, suasana di Simba pun begitu hangat juga menyenangkan. Menami sudah tak lagi tampak, tanda kami sudah jauh dari perairan sekitar Pulau Hoga. Ketika itu, laju kapal cepat Simba mulai melambat. Sontak Herman berkata, “Ada lumba-lumba!”
Benarlah, sekumpulan lumba-lumba berada di dekat kapal Simba. Tak ingin melewatkan momen ini, saya pun mengabadikannya dalam bingkai foto. Sungguh beruntunglah kami! Menurut Herman, salah satu awak kapal, bahwa saat itu memang waktunya lumba-lumba muncul di Laut Banda, tepatnya di Perairan Kompono One.
Tanpa pikir panjang, salah satu rekan perjalanan saya berenang mengejar sekumpulan lumba-lumba itu. Dan benarlah, ia berkata ada banyak sekali lumba-lumba. “Mungkin sekitar 150 ekor,” ujar Herman. Tak ingin melewatkan kesempatan ini, dua teman pun mencoba mendekati mamalia laut itu.
Selama beberapa saat kami dibuat terkagum-kagum dengan lompatan lumba-lumba itu di atas permukaan laut.
Sayangnya waktu cepat berlalu dan lumba-lumba pun mulai menjauh dari kapal, sebuah tanda bahwa harus menyudahi kekaguman kami. Pagi itu kami sungguh beruntung! Selain menikmati indahnya terumbu karang di Pulau Hoga, kami juga disuguhi oleh cantiknya sekumpulan lumba-lumpa. Sebuah kenangan tak terlupa dan hanya ada di Wakatobi.
Penulis | : | |
Editor | : | Ajeng |
KOMENTAR