National Geographic New Explorer Jónína Herdís Ólafsdóttir, meneliti celah-celah di bawah permukaan laut Islandia.
Berikut sekelumit jurnal penjelajahannya ke dalam laut yang tak dikenal.
Sebagai seorang biolog dan penyelam, aku menjelajahi rekahan bawah laut yang jarang diketahui.
Perlahan tapi pasti, Islandia tengah terkoyak. Pulau di punggungan bukit Mid-Atlantik itu berada pada lokasi dua lempeng benua. Ketika lempeng mengalami pergerakan, muka Bumi kita juga ikut patah hingga timbul rekahan-rekahan di sepanjang muka Bumi.
Ada yang tertinggal di daratan kering, ada pula yang menjadi celah samudra—melebar sepanjang hingga 400 meter dan sedalam mencapai 60 meter.
Pada awalnya, sekilas pandang, sepertinya tak ada kehidupan. Namun setelah mendekati, baru tersingkap ada kehidupan. Ikan, kerapkali Arctic charr, melesat di antara bebatu. Lalu, ganggang sianobakteri yang berwarna neon-kehijauan, Tetraspora cylindrica, pun \'menaruh tanda tangan mereka\' di lingkungan itu; selimut tebalnya menyediakan makanan dan tempat tinggal bagi para invertebrata kecil.
Spesies Crustacea (kelas udang-udangan) yang mampu hidup beradaptasi di dalam gua bawah laut, diduga merupakan salah satu di antara sedikit endemik di pulau yang secara geologi tergolong pulau muda ini.
Tim kami akhirnya menemukan habitat mereka di kedalaman 40 meter, pada celah Huldugjá (dinamai dari legenda makhluk gaib "Huldufolk", bangsa peri yang tidak kasatmata).
Kami akan melanjutkan penjelahahan untuk lebih banyak lagi mempelajari tentang dunia tersembunyi ini.
Penulis | : | |
Editor | : | Palupi Annisa Auliani |
KOMENTAR