Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) menggelar Konferensi Perubahan Iklim di Lima, Peru. Sebanyak 195 negara tergabung dalam konverensi yang digelar selama dua minggu sejak awal Desember 2014.
“Saya tahu ini sulit bagi negara berkembang. Namun kita harus ingat bahwa setengah emisi di bumi berasal dari negara berkembang. Sehingga mereka (negara berkembang) juga harus bertindak,” ujar Menteri Luar Negeri Amerika Serikat John Kerry.
Menurutnya tidak ada negara yang bebas tanggung jawab dalam penanggulanan emisi. Pada konferensi tersebut, para perwakilan negara di seluruh dunia mencoba mencapai kesepakatan perihal perubahan iklim.
Sementara Sekretaris Jenderal PBB Ban Ki-moon menyampaikan pesan bahwa pertemuan ini merupakan sebuah harapan dalam keadaan yang mendesak. Ketika berbagai negosiasi berlangsung untuk mengurangi emisi penyebab perubahan iklim, setidaknya beberapa beberapa hasil yang diperoleh.
Seperti pertanyaan siapa yang bertanggung jawab atas perubahan iklim, belum terjawab. Selama bertahun-tahun, negara berkembang menyatakan diri untuk melawan perubahan iklim dengan melakukan pengurangan emisi. Namun negara maju seperti Amerika Serikat, Tiongkok, dan lainnya justru menyatakan bahwa pengurangan emisi dapat merugikan ekonomi global.
Kemudian negara yang rentan terhadap perubahan iklim mengharapkan kompensasi. Negara yang dimaksudkan adalah negara berkembang. Dimana mereka menganggap perubahan iklim telah membuat berbagai kerusakan di negaranya. Para pemimpin negara berkembang menyatakan orang yang kurang berperan dalam perubahan iklim, justru harus menanggung beban lebih banyak. “Negara-negara kaya telah memberatkan langkah mereka,” ujar Harjeet Singh dari ActionAid.
Setelah dua minggu berlangsung, tampaknya Konferensi Iklim masih terus menyisakan banyak problema dan pertanyaan. Diperlukan kebesaran hati bagi seluruh pihak terkait untuk menyelamatkan bumi dari perubahan iklim yang terus mengganas.
Penulis | : | |
Editor | : | Ajeng |
KOMENTAR