Hujan deras yang terjadi pada 10-11 Desember lalu di Dusun Jemblung Desa Sampang, Kecamatan Karangkobar, Banjarnegara, Jawa Tengah menyebabkan terjadinya longsor pada Jumat (12/12) malam dan sedikitnya telah memakan 64 korban.
Peneliti Pusat Penelitian Geoteknologi Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) Adrian Tohir menjelaskan terjadinya longsor akibat adanya pergerakan tanah dan implementasi hujan yang menyebabkan lapisan tanah menjadi jenuh.
“Ketika lapisan tanah menjadi jenuh, maka kekuatan tanah akan berkurang, dan kekuatan tanah yang berkurang akan terjadi pergerakan tanah,” ujar Adrian di Diskusi Publik LIPI, Rabu (17/12).
Dalam kasus di Dusun Jemblung pergerakan lereng tanahnya lebih dari 6 meter merupakan implementasi hujan yang menyebabkan muka air tanah dalam lereng itu meningkat. Ketika meningkat, daya dorongnya akan semakin besar dan kuat sehingga mendorong lereng tanah untuk bergerak serta menghasilkan gerakan tanah yang cukup besar.
“Selain itu faktor penyebab gerakan tanah akibat kemiringan lereng curam. di Dusun Jemblung tersusun oleh tanah lempung lanauan yang rapuh sehingga mempunyai kekuatan kecil,” tambahnya.
Sementara Radiyta Jati BNPB mengatakan gerakan tanah dipicu oleh curah hujan sebesar 101.8 mm pada 12 Desember 2014 dengan total hujan 11 hari sebelumnya mencapai 349 mm (mendekati 50% dari total hujan bulan Desember).
Raditya merekomendasi segera melakukan identifikasi daerah rawan longsor dan rapid mapping, “identifikasi daerah rawan longsor tersebut dari berbagai sumber data, sumber peta, citra satelit, data cuaca, data lokasi permukiman, dan penggunaan lahan untuk terintegrasi,” katanya.
Tak hanya itu, ia menambahkan bahwa daerah bencana perlu ditetapkan menjadi kawasan non hunian.
Penulis | : | |
Editor | : | Puri |
KOMENTAR