Para pekerja menemukan kue itu pada bulan April selama pekerjaan infrastruktur di distrik Kota Tua Lübeck, "dekat dengan balai kota dan area pasar utama," kata Rieger. Di bagian kota yang hancur yang telah dibom Inggris, "kota meninggalkan ruang bawah tanah di dalamnya dan membangun rumah baru di atasnya," katanya.
Karena status bersejarah penting Lübeck, para arkeolog mengawasi semua pekerjaan konstruksi kota. Para ahli sudah hadir ketika para pekerja membuka ruang bawah tanah dan menemukan kue yang menghitam, bersama dengan piring, pisau, sendok, dan piringan hitam yang termasuk "Moonlight Sonata" milik Beethoven, menurut pernyataan itu.
Para ilmuwan membawa kue itu ke laboratorium restorasi kota, di mana para konservator membersihkannya dengan hati-hati dengan penyungkil, sikat, dan penyedot debu yang halus, dan kemudian mengumpulkan sampel untuk mengidentifikasi isian yang mengandung kacang, kata Rieger.
Baca Juga: Berebut Ladang Minyak, Lelakon Perang Dunia Kedua di Kilang Palembang
Akan tetapi, pekerjaan mereka untuk melestarikan kue berkarbonisasi yang langka baru saja dimulai. Bom yang dijatuhkan Angkatan Udara Kerajaan Inggris di Lübeck mengandung bahan kimia pembakar, seperti fosfor, dan para arkeolog perlu memastikan bahwa tidak ada jejak bahan tersebut pada kue yang dapat bereaksi saat terkena bahan kimia yang digunakan dalam pengawetan artefak berharga.
"Kue ini seperti jendela ke 80 tahun yang lalu," kata Rieger, dan pemandangannya pahit. Ketika kue itu akhirnya siap untuk dipajang di depan umum dan orang-orang dapat mengintip melalui jendela itu, "mereka diharapkan tidak hanya melihat kehancuran perang tetapi juga kegembiraan yang dimiliki orang-orang," tambahnya. "Karena ini adalah perayaan keluarga, mereka mendengarkan musik, mereka ingin menikmati secangkir teh, mereka ingin memiliki kue ini. Ini adalah situasi yang sangat intim yang segera dihancurkan oleh perang ini."
Baca Juga: Mencairnya Gletser Singkap Gua Penampungan Perang Dunia dan Artefaknya
Source | : | livescience |
Penulis | : | Agnes Angelros Nevio |
Editor | : | Mahandis Yoanata Thamrin |
KOMENTAR