Di Old Town Jeddah, telinga saya menikmati lantunan merdu adzan dari 36 masjid berbeda kala magrib menjelang—jenis senandung lainnya. Dan tentu saja, ada pipa kilang minyak. Saya akan melintasi beberapa pipa saat berjalan kaki 1.448 kilometer di wilayah Kerajaan ini. Seperempat suplai minyak dunia dicurahkan ke kapal-kapal yang menanti dengan haus: berkah dari Allah—atau beban—tergantung warga Saudi mana yang Anda ajak bicara, pada hari apa, dan dalam suasana seperti apa.
“Anda mendorong kami mengenang masa silam,” kata seorang pilot muda nan ramah di klub gyrocopter pada saya. Ia tahu soal kafilah unta saya.
Saya tersenyum. Dan berterima kasih padanya. Ia jelas terlalu muda tiga generasi untuk mengenang memori tersebut. Namun, tetap saja (saya ingin mengatakan ini padanya) kami dihubungkan oleh beberapa hal. Unta mamalia asli Amerika Utara. Mereka berkembang 40 juta tahun lalu di dataran dingin yang kini menjadi Kanada dan Amerika Serikat. Catatan fosil menunjukkan mereka bermigrasi ke barat dalam kawanan-kawanan, lalu melewati Bering Land Bridge ke Eurasia dan memasuki Arabia. Mereka bersilangan arah dengan gelombang pasang manusia mula-mula yang menyebar ke timur. Di sana, keturunan pertama karuhun yang memasuki Dunia Baru berburu unta hingga punah sekitar 10.000 tahun lalu. Yang tapak kakinya tengah saya ikuti saat ini, adalah para peneroka.
“Apa nama kedua unta Anda?” tanya sang pilot.
Pemandangan lautan cahaya tadi masih menyisakan pening di kepala saya.
“Fares,” sahut saya. “Fares dan Seema.”
Penulis | : | |
Editor | : | Oik Yusuf |
KOMENTAR