26 Desember 2004. "Astagfirullah, astagfirullah," kata Jusuf Kalla berkali-kali ketika mendengar kabar dari Sofyan Djalil, Menteri Komunikasi dan Informatika ketika itu, yang mengabarkan jumlah korban jiwa akibat tsunami Aceh mencapai ribuan orang. Sepuluh tahun yang lalu, Kalla selaku Wakil Presiden memimpin operasi tanggap darurat sekaligus rehabilitasi Aceh pasca tsunami. Korban jiwa akibat tsunami Aceh pada 2004 diperkirakan mencapai 160.000 jiwa.
Kisah Kalla dalam mengatasi korban tsunami Aceh kembali diceritakan penulis Fenty Effendy dalam karyanya yang berjudul "Ombak Perdamaian" terbitan Kompas Penerbit Buku.
Saat itu, sore hari, Kalla menelepon Susilo Bambang Yudhoyono yang ketika itu menjabat presiden. Ia lalu menyampaikan akan berangkat ke Aceh untuk melihat langsung kondisi di sana. SBY pun mempersilakan Kalla untuk berangkat.
Malam harinya, Kalla langsung memimpin rapat darurat. Rapat hanya dihadiri enam menteri dan Panglima TNI Jenderal Endriartono Sutarto. Ketika itu, sebagian besar menteri Kabinet Indonesia Bersatu tengah mendampingi Presiden berkunjung ke Nabire, sisanya, tengah dinas ke luar kota dan ada yang melakukan kunjungan luar negeri.
Dalam rapat itu lah laporan Sofyan Djalil mengenai korban jiwa tsunami Aceh didengar Kalla.
"Pak, jumlah korban meninggal diperkirakan ribuan orang," kata Sofyan, seperti yang ditulis dalam buku Ombak Perdamaian.
Mendengar kabar itu, Kalla terus mengucapkan istighfar sambil mengusap wajahnya berkali-kali. Sejumlah menteri tampak tertunduk. Keheningan pun menyapu ruang rapat malam itu.
!break!
Pada halaman depan buku Ombak Perdamaian, Kalla disebut langsung memerintahkan para menteri untuk bekerja semaksimal mungkin sesuai dengan bidang tugasnya masing-masing. Ketika itu, tulis Fenty, persediaan obat-obatan hanya sekitar delapan ton. Sementara, dengan jumlah korban jiwa yang mencapai ribuan orang, menurut laporan Sofyan, pemerintah membutuhkan stok 12 ton obat-obatan untuk disalurkan.
"Saya tidak mau tahu bagaimana caranya, malam ini kumpulkan semua obat yang ada di Jakarta untuk segera angkat ke sana dengan Hercules yang telah disiapkan Panglima TNI. Harus berangkat pukul lima pagi," kata Kalla.
Seorang perwakilan Kementerian Kesehatan tak langsung mengiyakan perintah Kalla. "Tapi kan sudah tengah malam Pak, semua gudang dan tempat penyimpanan barang sudah terkunci dan pemegang kuncinya kami tidak tahu di mana," kata perwakilan Kementerian Kesehatan itu.
!break!
Penulis | : | |
Editor | : | Kontributor Singapura, Ericssen |
KOMENTAR