Kembali ke cerita gereja, karena pendeta di salah satu gereja di Banda Aceh ini adalah teman saya—maka saya pun melakukan pendekatan dan mengatakan bahwa saya ingin membawa mahasiswa untuk berkunjung ke gereja.
Selain untuk tahu tentang relasi laki-laki dan perempuan di agama mereka, saya juga ingin agar tidak ada ketidaknyamanan mahasiswa pada mereka yang beragama berbeda.
Tujuannya tentu saja agar terjadi kesalingpahaman diantara mereka, menghilangkan prasangka yang sudah dibentuk oleh media (koran dan televisi) atau saat mendengar perbincangan orang lain.
Dengan mendengar langsung dari pak pendeta dan tentunya pemeluk agama Kristen itu secara langsung, saya harap para mahasiswa ini bisa bertanya langsung sehingga memahami hal-hal yang berkaitan dengan agama ini.!break!
Awalnya saya khawatir mereka tidak mau datang dengan alasan hujan yang amat lebat atau karena tidak nyaman untuk datang ke gereja. Buktinya adalah: ketika saya tawarkan hal ini pada kelas yang lain, mahasiswa di kelas tersebut ogah-ogahan menjawab. Dari sekitar 26 orang, hanya 3 yang mengatakan ya. Sisanya, ada yang senyum kecut dan menggelengkan kepala.
Tapi ternyata mahasiswa dari kelas gender ini sangat antusias. Beberapa kali di antara mereka menelepon bertanya bagaimana sampai ke gereja.
Saya memang menyediakan diri untuk datang terlebih dahulu. Selain agar bisa menyambut mereka di situ, juga agar mereka nyaman bahwa ada seseorang yang telah mereka kenal yang ada di tempat asing tersebut.
Lagi-lagi, saya khawatir mahasiswa saya tidak mau bertanya ketika pendeta menyelesaikan memaparnya. saya mempersiapkan beberapa pertanyaan dan saya minta beberapa mahasiswa bertanya dengan pertanyaan yang telah saya siapkan tadi.
Tapi ternyata, setelah pak pendeta menyelesaikan paparannya, beberapa mahasiswa malah bertanya dengan pertanyaan mereka sendiri. Artinya mereka juga berminat untuk tau lebih jauh tentang agama Kristen dan pertanyaan mereka direspon langsung oleh penganut agama tersebut.!break!
Apa yang saya pelajari dari kejadian ini adalah, tenyata mahasiswa saya tidak begitu kaku untuk datang ke gereja. nyatanya mereka begitu antusias untuk datang. Bagi sebagian muslim, masuk rumah ibadah agama lain adalah sesuatu yang dilarang, tapi saya tidak melihat ini dari mahasiswa saya.
Beberapa mahasiswa saya begitu bersemangat dan antusias untuk mendapatkan ilmu tentang agama yang berbeda. Ini terlihat dari banyaknya pertanyaan yang mereka tanyakan. Meski ada juga mahasiswa yang hanya menjadi pendengar
Saya harap langkah kecil ini bisa menjadi langkah yang lebih besar lagi di masa depan. Saya sangat antusias untuk ini, karena ketika kembali ke ruang kelas, beberapa mahasiswa bertanya kapan mereka bisa datang berkunjung ke rumah ibadat agama lain yang ada di Banda Aceh.
*Artikel ini merupakan tulisan Rosnida Sari, dosen IAIN Ar-Raniry Darussalam Banda Aceh, yang dimuat Australia Plus.
Masa Depan Pengolahan Sampah Elektronik Ada di Tangan Negara-negara Terbelakang?
Penulis | : | |
Editor | : | Palupi Annisa Auliani |
KOMENTAR