"Penerbang pada umumnya cenderung menghindari badai sebisa mungkin, untuk memberikan kenyamanan kepada para penumpangnya," kata Brickhouse, yang juga adalah asisten profesor di Embry-Riddle Aeronautical University, seperti dikutip AFP.
"Saat ini, fakta bahwa pesawat tersebut mencoba menghindari cuaca buruk, tidak memberikan banyak gambaran tentang apa yang terjadi," imbuh Brickhouse.
Sejumlah analisis memperkirakan pesawat AirAsia QZ8501 hilang setelah gagal melewati awan kumulonimbus (cumulonimbus/CB). Bila kasus AF447 dianggap serupa, dalam insiden tersebut yang terjadi adalah pitot pesawat membeku ketika memasuki CB.
Pitot merupakan piranti serupa tabung yang terpasang di bagian depan pesawat untuk mengukur tekanan udara di sekitarnya. Ketika alat ini beku, pilot akan kesulitan mengukur kecepatan pesawatnya sendiri dan bisa salah membuat keputusan.
Dalam data bocoran tersebut, terpantau ground speed QZ8501 adalah 353 knot. Dari beberapa referensi penerbangan, kecepatan aman yang dibutuhkan dalam kondisi tersebut seharusnya di kisaran 480 knot sampai 500 knot, atau air speed sekitar 0,8 mach.
Masa Depan Pengolahan Sampah Elektronik Ada di Tangan Negara-negara Terbelakang?
Penulis | : | |
Editor | : | Kontributor Singapura, Ericssen |
KOMENTAR