Di sebuah supermarket kosher (supermarket khusus menyediakan bahan makanan halal) di Paris, Prancis, seorang karyawan Muslim dengan sigap menyembunyikan rombongan pelanggan Yahudi di ruang bawah tanah sebelum ia menyelinap keluar untuk memberi tahu polisi. Di kota Dammartin-en-Goele, Prancis, seorang pengusaha mengelabui sepasang pria bersenjata untuk percaya mereka sendirian di gedung itu. Pengusaha ini lantas diizinkan pergi tanpa dilukai.
Dalam hari-hari setelah berakhirnya dua penyanderaan Prancis, Jumat lalu, kisah keberanian orang-orang biasa mulai bermunculan. Salah satunya adalah kisah Lassana Bathily, imigran muda dari Mali yang memberi polisi kunci untuk mengakhiri krisis penyanderaan supermarket itu.
Waktu itu —saat jam makan siang— Amedy Coulibaly masuk ke supermarket, menembak dengan senapan Kalashnikov. Dia menyatakan hendak membantu Cherif dan Said Kouachi yang dikepung di Dammartin-en-Goele.
Bathily sedang berada dalam ruang penyimpanan supermarket di lantai bawah tanah. Orang-orang berlarian karena bunyi tembakan. "Saya mendengar bunyi tembakan. Saya melihat rekan-rekan saya dan pelanggan berlarian. Saya katakan kenpada mereka, \'Ke sini,ke sini!\'," ceritanya dalam wawancara televisi.
Pemuda asal Mali itu mematikan ruang pendingin penyimpanan bahan makanan dan menyembunyikan sekelompok pengunjung supermarket yang ketakutan di dalamnya. Bathily mendengar pria bersenjata itu, Coulibaly, meminta semua orang naik ke lantai atas, atau dia akan membunuh semua orang yang berada di lantai bawah.
Bathily diam-diam meninggalkan ruang pendingin itu lewat lift barang menuju halaman luar. Begitu sampai di luar, polisi segera menyergapnya dan memborgolnya—karena mengira dia sebagai Coulibaly. Begitu polisi menyadari kekeliruan mereka, Bathily memberi mereka kunci yang diperlukan untuk membuka tirai logam dan denah supermarket yang diperlukan polisi untuk menyerbu masuk.!break!
Sekitar 40 km sebelah timur laut Paris, Jumat pagi pekan lalu adalah sebuah pagi biasa bagi Michel Catalano (47) di toko percetakannya, ketika dua pria paling dicari Prancis muncul di luar. "Saya semula tidak mengenali mereka. Lalu, saya melihat senapan Kalashnikov dan sebuah peluncur roket."
Pikiran pertamanya adalah menemukan desainer grafisnya, Lilian Lepere (27), untuk menyuruhnya bersembunyi. Lepere pun bersembunyi di dalam kardus di bawah tempat cuci piring. Catalano lalu sendirian menghadapi bahaya.
Kouachi bersaudara masuk lewat tangga dan Catalano menemui mereka, berbincang-bincang mengulur waktu agar karyawannya punya kesempatan sembunyi.
"Saya tawarkan kopi. Saya melihat seorang dari mereka cedera di leher. Saya pun menawarkan bantuan," katanya. Sembari berbincang-bincang, Lepere mengirim pesan singkat lewat ponsel kepada polisi di luar.
Catalano dilepaskan Kouachi bersaudara. Sebelum senja, kakak-beradik itu lari keluar sambil memberondongkan senapan. Mereka tewas terkena tembakan balasan.
Di supermarket kosher, polisi menggunakan kunci dari Bathily untuk menyerbu masuk, menewaskan Coulibaly, dan membebaskan sandera.
"Kita semua bersaudara," kata Bathily, seorang Muslim yang saleh. "Ini bukan soal orang Yahudi, orang Kristen, atau orang Muslim. Kita semua bernasib sama."
Pahlawan yang rendah hati itu, pada Minggu, menerima telepon dari Presiden Francois Hollande yang mengucapkan terima kasih. PM Israel Netanyahu juga berterima kasih.
Penulis | : | |
Editor | : | Palupi Annisa Auliani |
KOMENTAR