Sedikitnya 26 orang tewas, sebagian besar tentara, ketika kaum militan melontarkan serangkaian roket dan meledakkan sebuah bom mobil pada Kamis (29/1) di Provinsi Sinai Utara, Mesir, di mana pasukan keamanan negara itu sedang memerangi pemberontakan Islam.
Kaum militan secara teratur telah menyerang pasukan keamanan di Semenanjung Sinai sejak Presiden Mohamad Mursi yang disokong kaum Islamis digulingkan oleh panglima militer Abdel Fattah al-Sisi pada Juli 2013. Al Sisi kini menjadi presiden Mesir.
Kaum militan itu mengatakan serangan tersebut merupakan pembalasan atas tindakan keras pemerintah terhadap para pendukung Mursi yang telah menewaskan ratusan orang, ribuan dipenjara dan puluhan dihukum mati dalam pengadilan super cepat yang menurut PBB "belum pernah terjadi sebelumnya dalam sejarah dewasa ini".
Menurut sejumlah pejabat, fokus utama dari serangan Kamis kemarin itu adalah El-Arish, ibukota provinsi, di mana sebuah pangkalan militer, markas polisi, kompleks perumahan untuk perwira militer dan polisi dan beberapa pos pemeriksaan militer menjadi sasaran dalam sebuah serangan simultan terbesar sejak Oktober. Sebanyak 25 orang, sebagian besar tentara, tewas dalam serangan hampir bersamaan yang menggunakan roket dan sebuah bom mobil.
"Elemen teroris telah menyerang sejumlah markas polisi dan tentara dan sejumlah fasilitas dengan menggunakan kendaraan yang sarat dengan bahan peledak dan roket," kata militer. "Baku tembak sedang berlangsung dan elemen-elemen itu sedang ditangani."
Cabang Mesir dari kelompok Negara Islam atau ISIS, yaitu Ansar Beit al-Maqids, dengan cepat mengakut bertanggung jawab atas serangan mematikan itu di akun Twitter yang terkait dengan kelompok itu.
Sejumlah pejabat keamanan mengatakan, kaum militan itu pertama kali menembakkan roket ke markas polisi El-Arish, pangkalan militer dan kompleks perumahan, yang diikuti dengan cepat oleh serangan bom mobil bunuh diri yang menargetkan gerbang belakang pangkalan militer itu. Mereka mengatakan, korban tewas banyak terdapat di El-Arish karena sekelompok prajurit dan perwira tengah berkumpul di gerbang belakang pangkalan militer itu saat serangan bom mobil terjadi.
Kaum militan juga menyerang sebuah pos pemeriksaan militer di selatan El-Arish. Serangan itu melukai empat orang tentara.
Dalam serangan terpisah, seorang perwira tentara tewas ketika sebuah roket menghantam sebuah pos pemeriksaan di kota Rafah, di perbatasan dengan Jalur Gaza.
Secara keseluruhan, sejumlah pejabat mengatakan, sedikitnya 62 orang terluka dalam serangan di Sinai Utara itu.
Dalam sebuah insiden lain, seorang polisi tewas ketika terkena bom di kota Suez, sementara seorang tersangka militan secara tak sengaja meledakkan dirinya di Port Said ketika menanam bom.
Serangan di El-Arish merupakan yang paling mematikan sejak sebuah serangan pada 24 Oktober lalu, juga dekat di El-Arish, ketika kaum militan menewaskan 30 tentara dan melukai banyak lainnya. Serangan kemarin itu terjadi walau ada serangkaian langkah keamanan yang diterapkan pihak berwenang di Sinai Utara sejak serangan Oktober itu.
Serangan terbaru itu mendorong pemerintah untuk membangun zona penyangga di sepanjang perbatasan Gaza guna mencegah kaum militan menyusup dari wilayah Palestina. Zona penyangga itu awalnya direncanakan selebar 500 meter, tetapi kini lebar akan menjadi dua kali lipat.
Pihak berwenang juga telah memberlakukan keadaan darurat dan jam malam di beberapa bagian Sinai Utara sejak serangan pada Oktober itu.
Penulis | : | |
Editor | : | Palupi Annisa Auliani |
KOMENTAR