Nationalgeographic.co.id—Seekor ngengat Madagaskar, yang keberadaannya diprediksi oleh Darwin dan Wallace, kini telah diakui sebagai spesies baru.
Dinamakan ngengat sphinx Wallace, ngengat ini terkenal dengan lidahnya yang besar dan terpanjang di antara semua serangga. Lidahnya secara unik dapat mencapai bagian bawah tabung nektar anggrek bintang Madagaskar (Angraecum sesquipedale).
Pada 1862, Charles Darwin mendapatkan spesimen anggrek dari Madagaskar dengan tabung nektarnya yang luar biasa berukuran panjang 30 sentimeter. Ia berseru dalam sebuah surat kepada seorang teman: 'Astaga, serangga apa yang bisa menghisapnya!'
Darwin berspekulasi bahwa dibutuhkan ngengat dengan lidah yang sangat panjang untuk mencapai nektar yang memenuhi dasar tabung ini.
Lima tahun kemudian, Alfred Russel Wallace juga memprediksi soal ngengat yang dapat mengisap nektar anggrek bintang ini. Menurutnya, serangga ini mirip dengan hawkmoth dengan belalai panjang yang ditemukan di benua Afrika.
Wallace menulis: 'Bahwa ngengat seperti itu diprediksi ada di Madagaskar. Para naturalis yang mengunjungi pulau itu harus mencarinya dengan keyakinan seperti para astronom mencari planet Neptunus dan mereka akan sama-sama berhasil.'
Prediksinya pun terbukti.
Ngengat yang menyerbuki anggrek ini akhirnya dideskripsikan oleh Karl Jordan dan Lord Walter Rothschild pada tahun 1903. Dikelompokkan sebagai subspesies dari ngengat sphinx Morgan, kemudian memiliki genus baru dalam koleksi yaitu Xanthopan, jenis spesimen yang berasal dari Afrika Barat.
Mereka menyebutnya ngengat Malagasi Xanthopan morgani praedicta, yang berarti 'ngengat yang diprediksi'. Nama ini untuk menghormati prediksi Wallace tentang keberadaannya, namun tidak menyebut Darwin.
Ngengat sphinx Wallace hanya ditemukan di Madagaskar dan kelangsungan hidupnya bergantung pada tumbuhan di pulau itu.
Berkembang bersama dari waktu ke waktu, ngengat dan anggrek bintang memengaruhi satu sama lain dalam hubungan penyerbuk dan evolusi tanaman yang unik. Lidah ngengat bertambah panjang seiring dengan pertambahan panjang tabung nektar. Sampai akhirnya, anggrek bintang menjadi sepenuhnya bergantung pada ngenat ini untuk penyerbukan. Sebaliknya, ngengat masih dapat menyerbuki tanaman lain yang juga memiliki tabung nektar yang panjang.
Baca Juga: Perusahaan Makanan Asal Israel Kembangkan Makanan Dari Belalang
Di alam liar, lidah ngengat sphinx Wallace sangat besar sehingga terlalu berat untuk terbang dengan lidah terjulur. Panjangnya yang luar biasa juga membuat ngengat rentan dimangsa oleh lemur atau kelelawar. Kedua predator ini dapat menarik ngengat keluar dari tabung nektar anggrek dengan menarik lidahnya.
Untuk mengurangi risiko dimangsa, ngengat ini menggulung lidahnya dan hanya dibuka ketika mendekati bunga. Segera setelah selesai lidah pun digulung kembali.
Strategi ini membuat ngengat sphinx Wallace aman dari serangan predator di alam liar. Tetapi bagi para peneliti, lidah yang tergulung membuat segalanya menjadi sedikit lebih sulit untuk mempelajarinya di museum.
Saat melihat spesimen ngengat yang disimpan di koleksi museum, para peneliti perlu membuka gulungan lidah yang panjang. Untuk melakukan ini, mereka mencelupkan sekitar 100 spesimen ngengat dari Afrika dan Komoro, dan Madagaskar dalam air. Ini dilakukan selama semalaman untuk melunakkan belalai dan memungkinkan para peneliti untuk mengukur panjangnya.
Sedangkan saat berada di hutan Madagaskar, Dr David Lees seorang kurator ngengat di Museum Natural History dan salah satu penulis penelitian, membuka gulungan lidah ngengat hidup. 'Bayangkan kegembiraan saya saat membuka gulungan dan mengukur lidahnya di hutan hujan Madagaskar. Menyadari bahwa ngengat ini mungkin pemegang rekor global,' kata David.
Baca Juga: Studi Baru Mengungkap Dampak Lampu Jalan terhadap Populasi Ngengat
Dari hasil pengukuran, ditemukan bahwa lidah ngengat bervariasi dari 15 hingga 28,5 sentimeter.
Apa yang membuat ngengat sphinx Wallace menjadi spesies yang berbeda?
Membuat keputusan untuk menamai sesuatu sebagai spesies baru memerlukan pengamatan yang cermat tentang perbedaannya dari spesies serupa.
Saat kehidupan berevolusi, populasi organisme saling menjauh dan tidak selalu jelas di mana satu spesies berakhir dan spesies lainnya dimulai. Faktanya, konsep spesies adalah konstruksi manusia, meskipun berguna ketika mengklasifikasikan kehidupan.
Definisi spesies yang disepakati adalah sekelompok individu serupa yang dapat berkembang biak satu sama lain untuk menciptakan keturunan.
Baca Juga: Sebening Kristal, Banyak Cara Kupu-Kupu dan Ngengat Menjadi Transparan
Belum ada penelitian yang mengamati apakah ngengat dari Madagaskar dan ngengat dari Afrika dapat kawin silang untuk menghasilkan keturunan yang layak. Sehingga para peneliti memeriksa ngengat Madagaskar secara mendetail sebelum membuat keputusan untuk meningkatkannya ke tingkat spesies penuh. Penelitian dipimpin oleh Prof Joël Minet dan diterbitkan dalam jurnal Antenor.
Tim menemukan 25 perbedaan morfologis antara kedua ngengat, termasuk perbedaan yang signifikan. Seperti perbedaan alat kelamin jantan dan betina, bentuk sayap dan pola warna terutama di bawahnya.
'Bagian bawah hawkmoth dari Madagaskar berwarna merah muda, sedangkan bagian bawah hawkmoth dari Afrika berwarna keputihan atau kekuningan', kata David. Ia menambahkan bahwa ngengat dari Madagaskar juga memiliki konfigurasi unik tanda hitam di bagian atas sayap depannya. Ini mungkin adaptasi untuk kamuflase saat hinggap di pohon yang berbeda.
Baca Juga: Lebah Terbesar Sedunia Temuan Wallace di Maluku, Terancam Punah
Tetapi perbedaan yang paling mencolok adalah pada belalai, yang rata-rata lebih panjang 6,6 sentimeter pada semua ngengat Madagaskar.
Selain menilai penampilan ngengat, para peneliti juga mempelajari perbedaan DNA, sebuah teknik yang disebut DNA barcode.
Kode batang DNA telah menunjukkan bahwa ngengat Madagaskar setidaknya 7,6% berbeda dari ngengat Afrika. 'Ini jauh lebih dari apa yang Anda harapkan antara spesies yang berbeda,' kata David.
Penelitian ini juga menemukan bahwa tidak ada perbedaan dalam barcode DNA antara semua ngengat sphinx Wallace yang ditemukan di seluruh Madagaskar. 'Fakta bahwa saya menemukan salah satu ngengat ini di hutan terpencil di barat daya Madagaskar. Ini menunjukkan bahwa ngengat sphinx Wallace bisa terbang ratusan kilometer,' kata David.
Baca Juga: Charles Darwin Ungkap Bagaimana 'Kecantikan' Dapat Terbentuk
Source | : | Natural History Museum |
Penulis | : | Sysilia Tanhati |
Editor | : | Mahandis Yoanata Thamrin |
KOMENTAR