Naniek menjelaskan, bagian depan Gedung Candra Naya digunakan sebagai tempat kerja atau kantor sang mayor, sedangkan bagian belakang, yaitu bangunan memanjang dua lantai dengan 17 pintu, menjadi bangunan tempat tinggal keluarga.
”Ketika saya mulai menyiapkan pemugaran Candra Naya tahun 1993, bangunan panjang tersebut sudah hilang. Semua kusen, pintu, dan jendela yang terbuat dari kayu hilang dijarah,” ungkap Naniek.
Saat Jakarta dilanda kerusuhan Mei 1998, ahli waris rumah tersebut kabur. Naniek dengan setia mengumpulkan dan menyimpan semua bagian bangunan asli, terutama yang terbuat dari kayu, di ruang bawah tanah gedung tersebut.
Ketika dipugar pada 2006-2008, di atas lahan seluas 2.441 meter persegi itu dibangun gedung apartemen, hotel, perdagangan, dan perkantoran. Namun, bangunan Gedung Candra Naya dipertahankan hingga saat ini.
”Saat direstorasi, kedua sayap bangunan dibongkar dan dibangun kembali agar kendaraan dan alat-alat berat bisa masuk,” tutur Naniek.
Kini, bagian depan rumah sang mayor menjadi bagian dari Hotel Novotel, sedangkan di bagian belakang, di bekas bangunan keluarga Khouw Kim An, berdiri gedung apartemen. Rancangan bangunan modern ini dibuat sedemikian rupa sehingga tak mengganggu bangunan asli.
Untuk menghidupkan kembali kenangan tentang rumah sang mayor, pengelola sering mengadakan acara bertema Jakarta tempo doeloe di sana.
Penulis | : | |
Editor | : | Palupi Annisa Auliani |
KOMENTAR