Nationalgeographic.co.id—Sampah plastik telah menjadi momok bagi lingkungan dalam beberapa dekade terakhir. Plastik yang tidak terurai dengan sempurna mencemari tanah, air, dan udara, membawa dampak buruk bagi ekosistem dan kesehatan manusia.
Artikel ini akan membahas mengapa sampah plastik bisa membuat lingkungan menjadi rusak. Kita akan melihat bagaimana plastik mencemari tanah, air, dan udara, dan bagaimana hal itu dapat membahayakan hewan dan manusia.
Sampah plastik adalah masalah serius yang harus segera diatasi. Dengan mengubah kebiasaan dan bekerja sama, kita dapat membangun masa depan yang lebih berkelanjutan untuk planet ini dan generasi mendatang.
Mengapa Polusi Plastik Menjadi Masalah Besar?
Plastik yang terjangkau, tahan lama, dan fleksibel telah merasuk ke dalam kehidupan modern, hadir dalam segala hal mulai dari kemasan hingga pakaian dan produk kecantikan. Namun, plastik dibuang dalam skala besar: setiap tahun, lebih dari 280 juta ton produk plastik sekali pakai menjadi sampah.
Secara keseluruhan, seperti dilansir dari Africa Renewal, 46 persen sampah plastik ditimbun di tempat pembuangan akhir, sementara 22 persen tidak dikelola dengan baik dan menjadi sampah berserakan.
Padahal, tidak seperti bahan lainnya, plastik tidak terurai secara alami. Plastik membutuhkan waktu hingga 1.000 tahun untuk terurai. Ketika dibuang, plastik akan menumpuk di lingkungan hingga mencapai titik kritis. Polusi ini mencekik biota laut, merusak tanah dan meracuni air tanah, serta dapat menyebabkan dampak kesehatan yang serius.
Polusi plastik ini semakin berbahaya dalam wujud yang nyaris tak terlihat, yaitu mikroplastik (pecahan plastik kecil berukuran hingga 5mm). Mikroplastik berasal dari berbagai hal, mulai dari ban hingga produk kecantikan yang mengandung microbeads, partikel kecil yang digunakan sebagai exfoliant.
Sumber utama lainnya adalah kain sintetis. Setiap kali pakaian dicuci, serat-serat tersebut mengeluarkan serat plastik kecil yang disebut microfibers - sejenis mikroplastik. Pencucian saja menyebabkan sekitar 500.000 ton microfibers plastik dilepaskan ke laut setiap tahun - setara dengan hampir 3 miliar baju poliester.
Selain polusi, plastik juga berkontribusi terhadap krisis iklim. Produksi plastik adalah salah satu proses manufaktur yang paling intensif energi di dunia.
Plastik terbuat dari bahan bakar fosil seperti minyak mentah, yang diubah melalui panas dan bahan aditif lainnya menjadi polimer. Pada tahun 2019, plastik menghasilkan 1,8 miliar metrik ton emisi gas rumah kaca - 3,4 persen dari total global.
Baca Juga: Puntung Rokok di Pesisir Perlu Perhatian dalam Perangi Sampah Plastik Laut
KOMENTAR