Penculikan hampir 100 orang Kristen Asiria oleh milisi Negara Islam atau ISIS di Suriah telah mendorong keluarga-keluarga yang ketakutan meninggalkan rumah mereka, kata para aktivis Rabu (25/2), ketika Washington bersumpah untuk mengalahkan kelompok militan itu.
Hampir 1.000 keluarga telah meninggalkan desa-desa di Provinsi Hasakeh di Suriah timur laut sejak penculikan pada Senin lalu. Demikian menurut data Assyrian Human Rights Network yang berbasis di Swedia.
Sekitar 800 keluarga mengungsi di kota Hasakeh dan 150 lainnya di Qamishli, sebuah kota Kurdi di perbatasan dengan Turki, kata kelompok itu, yang menambahkan bahwa jumlah pengungsi itu sekitar 5.000 jiwa.
Sementara sebagian besar dari mereka disandera adalah perempuan, anak-anak atau orang tua.
Amerika Serikat dan PBB telah mengecam penculikan massal itu dan menuntut pembebasan para sandera. Praktik penculikan massal semacam itu baru pertama kali terjadi di negara yang dikoyak perang tersebut.
"Aksi terbaru ISIS menyasar kelompok minoritas agama hanya menjadi bukti lanjutan atas perlakuan brutal dan tidak manusiawi mereka terhadap semua orang yang tidak setuju dengan tujuan busuk mereka," kata juru bicara Departemen Luar Negeri AS, Jen Psaki.
Komentar senada dilontarkan Juru Bicara Dewan Keamanan Nasional AS, Bernadette Meehan. "Masyarakat internasional bersatu dan tidak terpengaruh dalam tekad untuk mengakhiri kebejatan ISIS. Amerika Serikat akan terus memimpin perlawanan untuk menumbangkan dan akhirnya mengalahkan ISIS."
Dewan Keamanan PBB juga mengecam penculikan itu dan menuntut agar para sandera dibebaskan segera dan tanpa syarat.
Osama Edward, direktur Assyrian Human Rights Network, mengatakan dia yakin penculikan tersebut terkait dengan kekalahan ISIS belakangan ini dalam menghadapi serangan udara pimpinan AS yang dimulai di Suriah pada September lalu. "Mereka membawa sandera untuk menjadikan mereka sebagai perisai manusia," katanya kepada AFP.
Dia mengatakan, ISIS, yang berperang melawan para pejuang Kurdi di darat, mungkin mencoba untuk menukar orang-orang Asiria itu dengan anggota ISIS yang ditahan. Menurut Osama, tujuan ISIS adalah mengusai desa Kristen Asiria Tal Tamer, dekat jembatan yang menghubungkan Suriah dengan Irak.
Menurut Syrian Observatory for Human Rights, para pejuang Kurdi telah merebut kembali tiga desa Asiria dan sebuah desa Arab di dekatnya pada Rabu. "Unit Perlindungan Rakyat (YPG) Kurdi telah merebut kembali Tal Shamiran, Tal Masri, Tal Hermel dan Ghbeish," kata direktur Observatory, Rami Abdel Rahman. Namun pertempuran terus berlanjut di daerah itu.
Di Tal Shamiran, para milisi membakar sebagian dari sebuah gereja. Dan di desa Arab Ghbeish, ISIS memenggal empat orang, dan membakar rumah-rumah dan sebuah sekolah. Mereka menuduh para penduduk desa "berkolaborasi" dengan pejuang Kurdi.
ISIS, yang juga menguasai wilayah luas di Irak, tahun lalu telah mendeklarasikan sebuah "khilafah" Islam di daerah yang dikuasai dan telah melakukan kekejaman luas.!break!
Orang-orang Asiria, salah satu dari komunitas Kristen tertua di dunia, telah berada di bawah ancaman yang meningkat sejak ISIS menguasai sebagian besar Suriah.
Penulis | : | |
Editor | : | Palupi Annisa Auliani |
KOMENTAR