Untuk menato tahanan, Nazi menggunakan pelat logam khusus. Pelat dapat dilepas dengan jarum sepanjang beberapa milimeter, yang dimasukkan ke dalam stempel khusus untuk membuat nomor tertentu.
Pelat awalnya dianggap sebagai metode tercepat karena memungkinkan nomor diterapkan dalam satu pukulan. Tato diaplikasikan pada dada kiri tahanan. Stempel tersebut melubangi kulit dan tinta dioleskan ke luka menghasilkan tato.
Tetapi perangkat ini hanya digunakan untuk waktu yang singkat di Auschwitz karena dianggap tidak efisien. Sistem yang lebih sederhana menggunakan jarum tunggal yang dipasang pada pena pun menggantikan pelat tato ini. Setelah itu, posisi tato pun dipindahkan ke lengan bawah.
Pemberian tato pada tahanan ini dianggap tidak manusiawi tetapi tahanan Auschwitz yang memilliki tato sebenarnya bisa dianggap beruntung. Mereka yang tidak bertato dianggap tidak layak untuk bekerja dan dikirim untuk segera dieksekusi.
Baca Juga: Penemuan Selokan Tempat Puluhan Orang Yahudi Bersembunyi dari Nazi
Pada musim semi 1943, Nazi mengaplikasikan tato pada semua tahanan, termasuk perempuan. Satu-satunya pengecualian adalah tahanan Jerman yang ditahan di kompleks terpisah. Selain itu, tahanan polisi, atau “tahanan kerja” tidak mendapatkan tato.
Tahanan kerja ini terdiri dari orang-orang non-Yahudi dari berbagai negara. Sebagian besar adalah warga sipil Jerman, Ceko, Polandia, dan Soviet. Mereka dipenjara karena gagal mematuhi disiplin kerja di daerah-daerah yang diduduki Jerman. Biasanya kelompok ini ditahan hingga 56 hari dan dipaksa bekerja tidak kurang dari 10 jam sehari untuk “mendidik ulang” mereka.
Selain itu, warga sipil Polandia yang dideportasi ke Auschwitz setelah Pemberontakan Warsawa pada tahun 1944 juga tidak ditato. Beberapa tahanan Yahudi yang dalam transit menuju ke kamp lain tidak harus menjalani prosedur ini.
Source | : | History Daily |
Penulis | : | Sysilia Tanhati |
Editor | : | Mahandis Yoanata Thamrin |
KOMENTAR