Nationalgeographic.co.id - Penggunaan sisik trenggiling dalam pengobatan tradisional Tiongkok telah dipersalahkan mengakibatkan penurunan spesies trenggiling di Asia secara dramatis pada abad ini. Sekarang, laporan penelitian terbaru yang diterbitkan di Biological Conservation mengungkap hal serupa juga sedang terjadi di Afrika.
Sejak penyitaan trenggiling pertama kali dilaporkan di Nigeria pada tahun 2010, negara tersebut telah mengalami ledakan perdagangan trenggiling di pasar gelap. Trenggiling menjadi mamalia yang paling banyak diperdagangkan di dunia dan menjadikan Afrika sebagai pusat ekspor kriminal produk trenggiling ke Asia Timur, terutama Tiongkok.
Selain kepercayaan yang salah pada kekuatan kuratif sisik trenggiling, makan daging trenggiling juga dianggap sebagai simbol status di beberapa negara di Asia. Tubuh trenggiling diperdagangkan secara ilegal di pasar-pasar di seluruh wilayah Tiongkok, dan beberapa penelitian telah mengimplikasikan penjualan daging hewan itu sebagai asal mula pandemi COVID-19.
Tim konservasionis yang dipimpin oleh University of Cambridge telah menghasilkan studi berbasis data pertama yang mengukur penyitaan produk trenggiling terkait Nigeria, untuk mengukur ukuran perdagangan gelap tersebut. Jumlah yang berhasil disita mencapai 190.407 kilogram sisik trenggiling yang diambil dari setidaknya 799.343 kilogram yang dicegat dan dilaporkan oleh pihak berwenang antara tahun 2010 hingga September 2021. Dari jumlah tersebut, diperkirakan hampir satu juta trenggiling yang dibunuh untuk diambil sisiknya.
Baca Juga: Perdagangan Ilegal Sisik Trenggiling Masih Tinggi, Terparah 2019
Angka tersebut mendekati perkiraan terbaru untuk seluruh perdagangan trenggiling global sejak tahun 2000. Jumlah tersebut menunjukkan tingkat perdagangan jauh lebih besar dari yang diperkirakan sebelumnya.
Beberapa penyitaan terjadi di pelabuhan seperti Hongkong setelah meninggalkan pantai Afrika. Para peneliti melacak kargo dari negara-negara seperti Kamerun dan Gabon yang ditujukan untuk negara-negara Asia termasuk Tiongkok dan Kamboja, beberapa di antaranya ada yang dikirim melalui Prancis dan Belanda. Namun itu semua dikirim melalui Nigeria.
Dari 77 penyitaan yang dianalisis dalam studi baru kali ini, 26 di antaranya ditemukan bersama ribuan kilo gading. Hal itu menunjukkan bahwa jaringan terorganisir pedagang trenggiling membonceng koneksi penyelundupan gading yang sudah lama ada.
Menurut peneliti, meskipun ada perbaikan baru-baru ini dan ada beberapa petugas yang berdedikasi, penegakan hukum secara keseluruhan di Nigeria lemah dan endemik korupsi. Total tuntutan atas perdagangan trenggiling di Nigeria hanya berjumlah empat dan itu semuanya dalam satu tahun terakhir.
Dengan demikian, pengiriman yang disita kemungkinan besar mewakili sebagian kecil dari produk trenggiling yang sekarang dipindahkan melalui Nigeria. Menurut para ahli dalam laporan penelitian kali ini, penyitaan satwa liar yang terdeteksi berkisar antara 30 persen hingga hanya 2 persen dari keseluruhan perdagangan ilegal.
Baca Juga: Peneliti: Trenggiling Mungkin Berperan dalam Penyebaran Virus Corona
"Angka-angka dalam penelitian kami menunjukkan bahwa skala perdagangan trenggiling di Nigeria dan Afrika secara keseluruhan sangat diremehkan, yang dapat diterjemahkan ke dalam kebijakan anti-perdagangan yang tidak sesuai," kata pemimpin peneliti Charles Emogor dari Departemen Zoologi Cambridge dalam rilisnya.
Diketahui, kedelapan spesies trenggiling, empat di Afrika, empat di Asia, saat ini terdaftar sebagai terancam. Dengan tiga sekarang dianggap sangat terancam punah. Para peneliti secara acak mengambil sampel lusinan karung yang disita oleh bea cukai, dan memperkirakan bahwa sekitar 90 persen sisik yang terlibat dalam perdagangan terkait Nigeria berasal dari trenggiling perut putih.
Di antara spesies Afrika yang lebih umum, meskipun masih digolongkan sebagai rentan oleh lembaga konservasi, trenggiling perut putih secara tradisional diburu dan dijual di pasar lokal. Para peneliti sekarang khawatir bahwa perdagangan internasional mendorong pembantaian trenggiling Afrika ke tingkat baru yang berbahaya.
Kargo trenggiling diperdagangkan melalui darat dan udara, tetapi sebagian besar—sekitar 65 persen dari semua skala, dikirim melalui laut. Penyelundupan melalui jalur laut terus meningkat selama bertahun-tahun. Beberapa penyitaan terjadi di gudang-gudang di mana moda transportasi dan tujuan tidak diketahui, tetapi semua yang dibawa dalam perjalanan kemungkinan besar menuju Asia Timur.
Baca Juga: Tiongkok Hapus Trenggiling Dari Daftar Resmi Pengobatan Tradisional
Peneliti mencatat, jumlah tertinggi berdasarkan negara tujuan, yakni adalah Vietnam (lebih dari 64 kg), diikuti oleh Tiongkok (lebih dari 48 kg), dan Hongkong (lebih dari 21 kg). Dua pengiriman yang ditemukan tahun ini memiliki cakar yang terpisah dari sisiknya, menunjukkan bahwa para penyelundup memenuhi permintaan yang berubah-ubah seperti jimat cakar trenggiling di Tiongkok.
Para peneliti menyerukan peningkatan upaya penegakan hukum dan pelatihan wajib dalam mendeteksi produk satwa liar ilegal untuk petugas bea cukai Nigeria, terutama di pelabuhan. "Kami ingin melihat penekanan yang lebih besar pada penuntutan para pedagang yang ditangkap sebagai pencegahan," kata Emogor, yang menunjukkan bahwa para pedagang jarang ditangkap selama penyitaan di Nigeria.
Source | : | Cambridge University Press,Biological Conservation |
Penulis | : | Ricky Jenihansen |
Editor | : | Warsono |
KOMENTAR