Kim Jong-Un berhasil mendaki gunung Paektu, gunung tertinggi di Korea Utara, lapor berbagai media pemerintah.
Sejumlah foto menunjukkan pemimpin negara itu tengah berdiri di puncak gunung bersalju, dengan matahari di belakangnya.
Ayahnya, Kim Jong-Il, dikatakan dalam sejarah negeri itu, lahir di gunung itu, namun banyak sejarawan mengatakan ia sebenarnya lahir di Rusia.
Laporan-laporan mengatakan Kim Jong-Un berhasil mencapai puncak gunung setinggi 2.750 meter bersama ratusan pilot pesawat tempur dan para pejabat partai.
"Mendaki Gunung Paektu membuat mental pabulum yang sangat berharga dan lebih dahsyat daripada jenis senjata nuklir apa pun," kata surat kabar Rodong yang disebut mengutip perkataan Kim Jong-Un kepada para serdadu.
Tujuan kunjungan ini dikatakan adalah untuk bertemu para pilot militer yang telah merampungkan tur peperangan di wilayah tersebut.
Puncak gunung berapi yang berbatasan dengan Cina ini, dianggap sebagai tempat suci dalam mitos Korea.
Ini juga merupakan bagian dari propaganda yang mengagungkan keluarga Kim, yang dikatakan memiliki "garis darah gunung Paektu."
Belum lama ini muncul kisah bahwa Kom Jong-Un sudah bisa mengemudi pada saat ia masih berusia tiga tahun.
Rezim itu juga mengatakan bahwa Kim Jong-Il, yang berkuasa sampai kematiannya pada 2011, mencetak 11 kali hole in one saat ia bermain golf untuk pertama kalinya.
Seperti ayahnya, Kim telah banyak melakukan "pembekalan ke lapangan" seperti pangkalan militer, pabrik-pabrik dan lokasi-lokasi penting lainnya.
Sejumlah analis mengatakan ini adalah cara untuk menunjukkan bahwa dirinya adalah seorang pria energik.
Korea Utara menderita permasalahan ekonomi begitu rupa, sehingga menurut PBB, dua-pertiga penduduk, sekitar 16 juta orang, tidak tahu apakah akan bisa makan hari itu.
Namun Korea Utara lebih memilih membangun persenjataan dan program nuklir ketimbang memperhatikan kesejahteraan rakyatnya, menurut laporan PBB lainnya.
Korea Utara sangat berambisi mengembangkan senjata nuklir, dan uji coba terbaru dilaksanakan pada Februari 2013.
Awal tahun ini, Michael Kirby, yang memimpin komisi PBB untuk menyelidiki pelanggaran hak asasi manusia Korea Utara, mengaku kepada BBC World Service bahwa beberapa keluarga bahkan terpaksa menggunakan abu jenazah sanak keluarga sebagai pupuk untuk bercocok tanam.
Sementara itu sejumlah besar uang negara diyakini dibelanjakan untuk kepentingan "pimpinan tertinggi" dan "pencapaian pencitraan pribadinya."
Penulis | : | |
Editor | : | Aris |
KOMENTAR