Harmoni antarelemen ini ditopang pembangunan berkelanjutan yang memungkinkan masyarakat merasakan manfaat pengembangan taman bumi. Konsep ini berbeda dari pengelolaan warisan budaya yang semata berkiblat pada konservasi.
Artinya, kata Sabrina, semua program pendukung pengembangan taman bumi harus bermuara pada kesejahteraan masyarakat. Apalagi, dalam Peraturan Presiden Nomor 81 Tahun 2014, areal Danau Toba ditetapkan menjadi Kawasan Strategis Nasional. ”Muaranya pariwisata, tetapi berbasis konservasi ekosistem,” ujarnya.
Dalam peta jalan pengembangan Taman Bumi Kaldera Toba, kawasan deliniasi dibagi menjadi empat geoarea. Pembagian ini mengacu pendekatan teknis pusat-pusat letusan atau evolusi letusan pembentuk kaldera Toba sesuai penelitian Chesner dan Rose yang dipublikasikan pada 1991.
Empat geoarea itu adalah Kaldera Porsea, Kaldera Haranggaol, Kaldera Sibandang, dan up doming (pengangkatan) Samosir. Setiap geoarea mencakup sejumlah situs sejarah alam (geosite) yang sejauh ini tercatat sebanyak 55 tempat.
Pemprov Sumut juga membentuk badan khusus pengelola Taman Bumi Kaldera Toba. Badan pengelola ini nanti akan berstatus independen dengan pengawasan dari pemerintah daerah. ”Pengesahannya tinggal menunggu surat keputusan gubernur,” ujar Sabrina.
Semua Satuan Kerja Perangkat Daerah juga didorong bersinergi menggulirkan program mendukung konservasi dan pemberdayaan pariwisata di sekitar Toba. Dalam konsep geowisata, pemasaran pariwisata taman bumi juga didukung daerah-daerah di sekitarnya. Untuk itu, seluruh kawasan yang terkoneksi dibagi dalam empat zona, yaitu zona tangkapan, penerima, pendukung, inti, dan pelindung.
Zona tangkapan terdiri dari Bandara Kualanamu dan Silangit di Tapanuli Utara. Zona penerima merupakan kota-kota tujuan wisatawan seperti Medan, Berastagi, Sidikalang, Pematang Siantar, Balige, Porsea Siborong-borong, dan Dolok Sanggul. Zona pendukung seperti Parapat, Haranggaol, Tongging, Pangururan, dan Tomok. Zona inti adalah empat geoarea, sedangkan zona lindung adalah hutan lindung di sekitar Toba.
Penggiat taman bumi Toba yang juga mantan Bupati Tapanuli Utara, RE Nainggolan, mengingatkan, keterlibatan masyarakat menjadi kunci pengembangan taman bumi. Kekayaan seni dan budaya yang berkembang di masyarakat sekitar Toba harus terus dilestarikan sehingga menjadi etalase pariwisata yang menarik. Pemerintah bersama masyarakat mesti meningkatkan pelayanan wisata.
Penulis | : | |
Editor | : | Aris |
KOMENTAR