Yuliadi Sukardi dalam bukunya berjudul Si Pitung Pendekar Betawi, yang terbit pada tahun 2005, mengisahkan kisah perjalanan si Pitung sebagai pendekar yang sohor dan kharismatik bagi rakyat Betawi.
"Si Pitung digambarkan sebagai seorang remaja kecil yang berasal dari desa Rawabelong, Jakarta Barat," tulisnya. Ia dilahirkan dari sebuah keluarga yang sederhana di pinggiran Jakarta.
Pitung dimasukkan ke Pesantren oleh ayahnya. "Di pesantren, ia mendapatkan banyak hal. Selain mendapat ilmu agama, Pitung juga dibekali ilmu bela diri," ungkap Sukardi dalam bukunya.
Selepasnya menimbu ilmu di pesantren, Pitung kembali ke kampungnya. Dia mulai berhadapan dengan preman kampung yang hendak merampas harta bendanya. Ia berhasil mempraktikan bela dirinya tersebut.
Kehebatan Pitung melawan segerombolan perampok membuat mereka terkesima akan kehebatan Pitung, yang pada akhirnya membuat segerombolan perampok itu bersedia menjadi pengikut Pitung.
Baca Juga: Nasib Musik Tanjidor: Dari Kaum Mardijker Sampai Kaum Pinggiran
Penindasan yang dilakukan para penjajah Belanda saat itu semakin membuat sulit kehidupan si Pitung dan masyarakat yang berada di sekitar Rawabelong. "Pitung dengan kawanannya, mulai mencuri harta kaum penjajah untuk dibagikan kepada masyarakat sekitar," jelasnya.
Sejak saat itu Pitung dan gerombolannya menjadi buronan yang selalu dicari kaum penjajah. Namun, aksi Pitung tidak mudah untuk di taklukkan. "Si Pitung tetap menjadi pendekar Betawi yang terus mendapatkan pujian dari masyarakat sekitarnya," tegasnya.
Pengalamannya bertahun-tahun menjadi pihak yang ditindas kebijakan penguasa, membuat Pitung menjadi sosok yang memiliki jiwa solidaritas tinggi. "Mulai dari tetangga terdekatnya, ia kemudian membantu seluruh rakyat Betawi keluar dari kesulitannya," tulis Sukardi.
Masyarakat Betawi tentu lebih menganggap bahwa legenda Si Pitung punya nilai heroisme lebih ketimbang Robin Hood. "Ia harus melawan kaum penjajah, sedangkan Robin Hood hanya menghadapi penindas sebangsanya," terangnya.
Kisah Pitung kemudian dikemas ke dalam beberapa versi, mulai dari film, komik hingga serial animasinya. "Melegendanya si Pitung, heroismenya membuatnya dikenal sebagai kisah kepahlawanan paling sohor di kolong langit orang-orang Betawi," pungkasnya.
Margreet van Till secara tegas menulis dalam JSTOR dalam jurnalnya berjudul In Search of Si Pitung: The History of an Indonesian Legend, publikasi tahun 1996, menyebut bahwa legendanya sohor sejak pemerintahan Hindia-Belanda tengah berkuasa.
"Kemasyhurannya sebagai legenda pahlawan lokal, mendorong dibuatnya film Si Pitung pada tahun 1931, yang diproduseri oleh seorang Indo-Chinese, The Wong Brothers," ungkap van Till.
Baca Juga: Roemah Piatoe Ati Soetji, Filantropi Istri Kapitan Cina di Betawi
Source | : | JSTOR,jurnal Kiprah |
Penulis | : | Galih Pranata |
Editor | : | Mahandis Yoanata Thamrin |
KOMENTAR