Untungnya, dokter perawatan intensif yang bertanggung jawab atas dirinya, David Menon, juga merupakan Kepala Peneliti di Wolfson Brain Imaging Centre yang baru buka di Cambridge, di mana Adrian Owen kemudian bekerja.
Tahun 1997, empat bulan setelah didiagnosis sebagai vegetatif, Kate menjadi pasien pertama dalam keadaan vegetatif yang diteliti oleh kelompok Cambridge ini.
Hasilnya, yang diterbitkan tahun 1998, benar-benar tak terduga dan luar biasa.
Bukan saja Kate bereaksi pada wajah: respons otaknya pun tak bisa dibedakan dengan otak para sukarelawan penelitian yang sehat.
Pindaian otaknya memperlihatkan cipratan warna merah, yang menandai aktivitas otak di bagian belakang otaknya, di bagian yang bernama fusiform gyrus, yang membantunya mengenali wajah orang.
!break!
Kate menjadi pasien pertama yang pindaian otaknya yang canggih (dalam kasus ini menggunakan PET) mengungkapkan "kesadaran terselubung". Tentu saja, apakah responsnya itu merupakan refleks atau tanda kesadaran, pada saat itu, masih diperdebatkan.
Hasil ini sangat penting bagi sains tapi juga bagi Kate dan orang tuanya. "Adanya proses kognitif yang masih terjaga baik membasmi nihilisme yang biasanya menguasai pengelolaan terhadap pasien semacam itu pada umumnya, dan mendukung keputusan untuk terus mengobati Kate dengan agresif," kata Menon mengenang kejadian itu.
Kate akhirnya bangkit dari penderitaannya, enam bulan setelah diagnosis dikeluarkan.
"Mereka mengatakan saya tidak bisa merasakan sakit," kata Kate. "Mereka salah."
Kadang-kadang ia menjerit, tetapi perawat mengiranya hanya gerakan refleks. Kate merasa dilalaikan dan tak berdaya. Staf di rumah sakit tidak tahu seberapa menderitanya ia dalam perawatan mereka.
Kate merasa fisioterapi menakutkan: para perawat tidak pernah menjelaskan apa yang mereka lakukan kepadanya. Ia merasa takut ketika mereka membuang lendir dari paru-parunya.
"Saya tidak bisa menceritakan betapa menakutkannya, terutama ketika penyedot masuk ke mulut," kata Kate dalam tulisannya. Di satu saat, rasa sakit dan putus asanya menjadi begitu besar sehingga ia berusaha mengakhiri hidupnya dengan menahan napas.
"Saya tidak bisa menghentikan hidung saya untuk bernapas, usaha saya tidak berhasil. Tubuh saya tampaknya tidak ingin mati."
Penulis | : | |
Editor | : | Kontributor Singapura, Ericssen |
KOMENTAR