Organisasi kesehatan dunia, WHO, mencanangkan dana darurat US$100 juta (Rp1,3 trilyun) untuk menanggulangi wabah Ebola.
Direktur Jendral WHO, Margaret Chan, menyatakan organisasinya kewalahan menghadapi penyebaran penyakit ini di Afrika Barat.
Ia mengatakan kebutuhan penanganannya sepuluh kali lipat lebih besar daripada yang diduga.
Wabah penyakit ini dilaporkan terjadi bulan Maret 2014, dan telah mengambil korban sebanyak 11.000 jiwa.
Selama ini, Chan dan WHO diritik banyak pihak karena kelambatan mereka dalam menangani wabah ini.
"Dengan dukungan negara anggota, saya mencanangkan dana darurat US$100 juta, bersumber dari sumbangan sukarela tak mengikat, untuk menjamin bahwa kami memiliki sumber daya yang dibutuhkan untuk segera menyusun tanggapan awal," kata Chan dalam pertemuan tahunan WHO.
Chan juga sedang menyusun sebuah program \'terpadu\' untuk menangani darurat kesehatan ini.
Bebas Ebola
Sebelumnya, Kanselir Jerman, Angela Merkel, menyerukan dalam sesi pembukaan pertemuan ini, bahwa WHO wajib merampingkan organisasinya untuk menanggapi segera krisis semacam Ebola.
"Saya yakin jika kita bertindak lebih cepat dan punya struktur komando yang jelas, kita akan lebih siap menghadapi krisis seperti Ebola, apabila terjadi lagi di masa depan." katanya.
Wabah Ebola merupakan yang paling mematikan sejak penyakit itu \'ditemukan\' pada tahun 1976.
Kasus pertama terjadi di Guinea tenggara awal tahun lalu dan menyebar ke Liberia, Sierra Leone, Nigeria dan Mali.
Beberapa negara, termasuk Amerika Serikat, Spanyol, Jerman, Norwegia, Prancis, Italia, Swiss dan Inggris Raya, merawat pasien yang terkena virus ini di Afrika Barat.
Belakangan, Liberia menjadi negara pertama -dari tiga negara yang paling terpengaruh- yang sudah dinyatakan bebas virus, setelah selama 42 hari tidak ditemukan kasus baru.
(Baca juga: WHO: Liberia Resmi Terbebas dari Ebola)
Penulis | : | |
Editor | : | Aris |
KOMENTAR