Sekitar satu dari tujuh orang di seluruh dunia masih hidup tanpa listrik, meski ada beberapa kemajuan dalam memperluas akses, dan hampir tiga miliar orang memasak dengan bahan bakar yang mengakibatkan polusi, menurut Bank Dunia, Senin (18/5).
Tingkat elektrifikasi global naik sampai 85 persen pada 2012 dari 83 persen pada 2010, membuat jumlah orang yang hidup tanpa listrik turun menjadi 1,1 miliar dari 1,2 miliar.
India membuat kemajuan-kemajuan signifikan, namun kemajuan di Afrika sub-Sahara terlalu lambat, menurut laporan yang melacak inisiatif Keberlanjutan Energi untuk Semua (SE4ALL), yang diluncurkan Sekretaris Jenderal PBB pada 2011.
Hampir tidak ada kemajuan dibuat dalam membuat orang beralih dari bahan bakar memasak biomassa seperti minyak tanah, kayu bakar dan kotoran, menurut laporan tersebut.
"Kita menuju arah yang benar dalam mengakhiri kemiskinan energi, namun kita masih jauh dari garis finish," ujar Anita Marangoly George, seorang direktur senior untuk energi pada Bank Dunia.
Laporan tersebut mengingatkan bahwa indikator-indikator tradisional dapat membuat estimasi terlalu tinggi atas akses energi karena pasokan listrik terbatas atau tidak dapat diandalkan untuk banyak komunitas.
Sebagai contoh, bukti baru menunjukkan bahwa di ibukota Republik Demokratik Kongo, Kinshasha, 90 persen warga dianggap memiliki akses untuk listrik karena jaringan listrik yang luas, tapi jalanan tampak gelap hampir setiap malam dan hanya sedikit rumah tangga dapat menggunakan peralatan listrik mereka.
Ben Garside, peneliti senior di Lembaga Internasional untuk Lingkungan Hidup dan Pembangunan (IIED) yang berbasis di London, mengatakan terlalu banyak penekanan diletakkan pada investasi proyek-proyek energi skala besar yang memberi pasokan jaringan listrik nasional.
"Tujuannya adalah untuk membangkitkan jumlah maksimum megawatt, tapi hal itu tidak akan mengatasi masalah akses, yaitu di daerah-daerah pedesaan," ujarnya.
Penulis | : | |
Editor | : | Aris |
KOMENTAR