Sejumlah negara maju, kini telah menggunakan vaksin polio injeksi (IPV) yang dinilai lebih efektif, dibanding vaksin polio oral. Indonesia pun mulai berproses untuk menggunakan IPV, untuk mencegah penyakit polio.
Namun, ada beberapa alasan mengapa vaksin polio suntik belum diterapkan di seluruh wilayah di Indonesia. Penundaan itu dilakukan, dengan alasan kondisi geografis dan belum diproduksinya vaksin tersebut di dalam negeri.
“Vaksin polio injeksi masih dalam proses. PT Bio Farma lagi proses untuk bisa produksi sendiri, karena kalau impor lebih mahal,”ujar Direktur Bina Kesehatan Anak Kementerian Kesehatan Elizabeth Jane Soepardi saat ditemui di kantor Pengurus Besar Ikatan Dokter Indonesia (PB IDI), Jakarta, Selasa (19/5/2015).
Polio merupakan salah satu isu yang dibahas pada sidang World Health Assembly (WHA) ke 68 di Jenewa, Swiss pada 18-26 Mei 2015. Mentri Kesehatan RI Nila Moeloek yang hadir pada sidang WHA itu pun menyatakan komitmennya untuk mendukung kebijakan dunia, dalam penerapan vaksin polio injeksi untuk mengeradikasi kasus polio.
Pemberian vaksin melalui program imunisasi pada anak yang dilakukan pemerintah, terbukti membuat Indonesia bebas polio yang ditandai dengan dikeluarkannya sertifikat bebas polio dari WHO pada 27 Maret 2014. Meski demikian, pencegahan pun harus terus dilakukan.
Dalam WHA telah disepakati, bahwa pemberian vaksin polio secara bertahap harus menggunakan injeksi, karena dinilai lebih optimal dibanding vaksin polio oral. Vaksin polio oral merupakan virus hidup yang dilemahkan, sedangkan vaksin injeksi berisi virus mati.
Penulis | : | |
Editor | : | Aris |
KOMENTAR