!break!
Sisi buruk menyebar ke pertemanan?
Sisi buruk dari menjadi kaya bisa lebih besar dari kebaikannya.
"Hari pertama yang Anda pikirkan setelah membaca pernyataan itu adalah \'saya sudah melewati yang lebih buruk\'. Anda tidak boleh mengeluh tentang apapun lagi, jika Anda kaya," tulis seorang responden.
"Karena banyak orang membayangkan menjadi kaya adalah surga, Anda tidak boleh lagi menjadi umat manusia atau frustrasi di depan umum. Anda tetap umat manusia, namun banyak orang tidak memperlakukan Anda seperti sebagai manusia."
Sisi buruk lainnya merentang ke parameter baru, dengan teman dan keluarga.
"Sebagian besar orang kini ingin sesuatu dari Anda, dan akan sulit sekali untuk mendapat gambaran apakah seseorang baik kepada Anda karena mereka suka kau atau baik karena uang Anda," responden yang tidak disebut namanya itu melanjutkan. "Jika Anda belum menikah, semoga beruntung untuk menemukan (dan/atau selalu memiliki keraguan) tentang apakah pasangan Anda melirik Anda atau uang Anda."
Jelas uang tetap membawa kesenangan atau kebahagiaan. Walau ada sisi buruknya, tetap ada keuntungan dari memiliki uang banyak, kata sebagian besar responden.
"Menjadi kaya lebih baik dibanding tidak kaya, namun tidak sebaik seperti yang Anda bayangkan," kata seorang responden yang tidak disebut namanya, yang dilaporkan mendapat US$15 juta atau sekitar Rp150 miliar setelah menjual sebuah perusahaan teknologi.
"Pertama, salah satu hal yang nyata dari menjadi kaya adalah Anda tidak usah harus terlalu khawatir lagi tentang uang. Ada beberapa pengeluaran yang Anda tetap tidak mampu (dan Anda harapkan mampu), namun sebagian besar pengeluaran bisa dipenuhi tanpa berpikir dengan biayanya. Ini jelas lebih baik, tidak diragukan lagi."
Dan Christopher Angus, yang mengatakan mendapatkan uang dengan menjual empat perusahaan teknologi kecil mengatakan, "Saya lebih suka punya uang dibanding tidak, setidaknya selama tujuh tahun belakangan sebagai orang yang punya uang saya bisa memiliki kebebasan dan pengalaman yang banyak orang tidak akan melihatnya sepanjang hidupnya."
"Sebagai contoh, dalam satu tahun saya liburan 25 kali dan pada suatu waktu saya menghabiskan US$20.000 (sekitar Rp200 juta) dalam satu malam minggu," kata Angus.
Penulis | : | |
Editor | : | Kontributor Singapura, Ericssen |
KOMENTAR