Air merupakan salah satu kebutuhan utama bagi kehidupan manusia, baik untuk mandi, mencuci pakaian, hingga air untuk dikosumsi. Sayangnya, kebutuhan air bersih di Indonesia, bahkan dunia belum mencukupi.
Krisis air bersih membuat banyak warga terpaksa mengonsumsi air yang tidak layak minum. Sementara pada warga yang mampu, mereka harus mengeluarkan biaya lebih untuk membeli air dalam kemasan.
Melihat kondisi itu, teknologi penyaringan atau filter air kotor menjadi bersih pun bermunculan. Salah satunya adalah Lifesaver. Alat filter ini dapat menjernihkan air kotor seperti air sungai yang bewarna cokelat menjadi air yang siap dikosumsi atau diminum.
Presiden Direktur Advance Regenerative System Antonius R Soelistyo mengatakan, botol minum Lifesaver menggunakan teknologi nano ultra yang mampu menghilangkan virus, bakteri, kista, parasit, jamur, dan semua mikrobiologi yang ada di dalam air sebesar 99,99999 persen.
“Teknologi penyaringan ultra Lifesaver Systems dengan ukuran saringan 15 nanometer atau 0.015 mikron. Dengan teknologi ini, terbukti mampu menyaring virus terkecil di dunia dengan ukuran 18 nanometer atau 0.018 mikron, bakteri terkecil dengan ukuran 400 nanometer atau 0.4 mikron, dan mikrobiologi lainnya,” ungkap Antonius dalam acara peluncuran Lifesaver Bottle di Jakarta, Rabu (27/5/2015).
Ia mengatakan, hasil penyaringan botol ini telah melewati uji laboratorium resmi. Botol ini dapat digunakan sampai sekitar 6000 liter air. Setelah itu, filter harus diganti. Botol yang diklaim sebagai produk botol filter portable pertama di dunia ini diproduksi di Inggris dan dijual di Indonesia seharga Rp 3.850.000.
Menurut Antonius, Livesafer bottle ini sangat cocok untuk dibawa traveling atau jalan-jalan ke daerah yang sulit air bersih. Selain itu, produk ini juga diperuntukkan kepada perusahaan yang ingin melakukan CSR menyediakan air bersih yang layak minum di pedesaan maupun saat terjadi bencana seperti banjir.
Antonius menilai air bersih dan layak minum sangat penting untuk menjaga kesehatan tubuh. Menurut dia, berdasarkan hasil penelitian di berbagai kota di Indonesia menunjukan hampir 100 persen sumber air minum tercemar oleh bakteri E Coli dan Coliform.
Dalam kesempatan yang sama, Firdaus Ali dari Indonesia Water Institute mengungkapkan, hanya ada sekitar 0,0090 persen air bersih di bumi yang direbutkan seluruh populasi manusia di dunia. Ketersediaan air di Indonesia sendiri secara nasional hanya 29 persen.
"Dari jumlah itu sebanyak 47 persen di perkotaan dan 11 persen perdesaan. Menyedihkan situasi tata kelola air kita. Padahal, semua masyarakat memiliki hak mendapat air bersih," kata Ali.
Saking sulitnya air bersih, Ari menceritakan, ada seorang ibu yang memandikan bayinya menggunakan air minum. Sang ibu khawatir, bayi akan terserang penyakit jika mandi menggunakan air kotor. Ironisnya, kasus kelangkaan air bersih kebanyakan terjadi pada masyarakat kurang mampu.
Penulis | : | |
Editor | : | Faras Handayani |
KOMENTAR