Gelombang dingin saat itu menyebabkan sekitar 400 orang meninggal. Sementara dua tahun kemudian muncul fenomena sama, yaitu kemunculan hujan salju hingga di Afrika Utara, yaitu di Aljazair, Libya, dan Tunisia. Itu terjadi karena suhu di wilayah tropis sangat tinggi dan tekanan sangat rendah. Kondisi tersebut membuat tarikan massa udara di kutub terlalu kuat hingga berdampak turun salju terlalu jauh ke selatan. "Ini kejadian luar biasa," ujar Edvin.
Gelombang panas juga pernah terjadi pada tahun yang sama di Jepang, yang mengakibatkan 66 orang tewas akibat hipertermia dan gangguan otak. Di Tiongkok, sengatan suhu udara hingga 44 derajat celsius.
Gelombang Rossby dinamai sesuai dengan nama penemunya, Carl-Gustaf Rossby, pada tahun 1930-an. Gerakan gelombang itu dipicu dua pusat tekanan udara rendah di Samudra Atlantik dan Samudra Pasifik. Tepatnya di utara Samudra Atlantik dan perairan sekitar Kuroshio, Jepang, di Pasifik.
Keberadaan dua "motor penggerak" itulah yang membuat gelombang Rossby terus bergerak ke timur dengan pola naik turun, baik secara vertikal maupun horizontal. Apabila pergerakannya terganggu atau terhenti, keseimbangan pola distribusi massa udara itu pun terganggu sehingga menimbulkan cuaca ekstrem di lokasi gelombang tersebut "parkir". Hal itu terjadi karena akumulasi tekanan udara dan massa udara di daerah tersebut.
Kejadian ekstrem berupa gelombang panas dan gelombang dingin berulang setiap tahun, sejak lima tahun terakhir. Menurut Edvin, hal tersebut merupakan dampak dari peningkatan suhu global dan perubahan iklim.
Sementara itu, Kukuh Ribudiyanto, Kepala Bidang Peringatan Dini Cuaca Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika, menjelaskan, pengaruh gelombang panas tidak akan sampai ke Indonesia. Hal itu karena pola angin timuran sudah berlangsung di Indonesia, yaitu angin bertiup dari timur atau tenggara dari sekitar Australia ke daratan Asia.
Pada saat yang sama, suhu muka laut masih hangat di perairan Indonesia bagian barat sehingga masih ada potensi terbentuk awan hujan.
Penulis | : | |
Editor | : | Kontributor Singapura, Ericssen |
KOMENTAR