Hormon oksitosin juga dikenal sebagai “hormon cinta”, karena dilepaskan ketika orang berpelukan. Bahkan, bermain dengan binatang peliharaan juga bisa meningkatkan produksi hormon oksitosin, menurut sebuah studi 2009 yang diterbitkan dalam journal Hormones and Behaviour.
Bagi para wanita, oksitosin adalah hormon yang sangat penting. “Oksitosin adalah peptide yang diproduksi di otak , yang pertama kali berperan dalam proses melahirkan dan juga dalam proses menyusui,” ujar Lary Young, seorang behavioral neuroscientist di Emory University, Atlanta, Georgia.
Hormon ini menyebabkan kontraksi rahim selama persalinan dan membantu mengecilkan rahim setelah persalinan. Ketika bayi baru menyusu pada payudara ibunya, rangsangan dari isapan bayi saat menyusu akan diteruskan menuju hipotalamus yang memproduksi hormon oksitosin. Selanjutnya, hormon oksitosin akan memacu otot-otot halus di sekitar sel-sel pembuat ASI untuk mengeluarkan ASI. Otot-otot tersebut akan berkontraksi dan mengeluarkan ASI. Proses ini disebut let down reflect (refleks keluarnya ASI). Tak hanya itu, oksitosin juga berperan dalam ikatan ibu dan anak. Pelukan kasih sayang yang diberikan ibu pada bayinya, akan menimbulkan rasa bahagia.
Sebuah studi di tahun 2007 yang dipublikasikan dalam journal Psychological Science menemukan bahwa semakin tinggi level hormon oksitosin seorang ibu, pada kehamilan trimester pertama, maka nantinya semakin besar keinginan sang ibu terlibat dalam ikatan, seperti menyanyikan atau memandikan bayinya.
Namun, ternyata oksitosin juga bisa berdampak pada kenangan buruk, seperti kasus seorang anak laki-laki yang memiliki hubungan buruk dengan ibunya. Nantinya, akan membuat anak laki-laki lebih tertutup dan sulit menerima kehadiran orang baru. Ini berarti, oksitosin dapat membuat seseorang merasa dicintai ataupun justru membuat seseorang mudah curiga terhadap orang lain, tergantung pada lingkungan sekitar.
Hasil sebuah studi lain di tahun 2010, pria yang telah diberi satu dosis oksitosin diminta untuk menulis tentang ibunya. Mereka yang memiliki hubungan baik dengan ibunya, menceritakan dengan rinci kepedulian dan kasih sayang ibunya. Sedangkan, mereka yang tak berhubungan baik, merasa ibunya kurang kasih sayang. Menurut para peneliti studi, hormon oksitosin juga membantu membentuk kenangan sosial, sehingga memperkuat asosiasi baik ataupun buruk.
“Pandangan saya tentang apa yang dilakukan oksitosin di otak adalah membuat informasi sosial lebih menonjol,” ujar Young. Ini menghubungkan daerah otak yang terlibat dalam pengolahan informasi sosial, apakah wajah, suara, atau bau dan membantunya menghubungkan dengan semua sistem area di otak.
Masa Depan Pengolahan Sampah Elektronik Ada di Tangan Negara-negara Terbelakang?
Penulis | : | |
Editor | : | Ajeng |
KOMENTAR