Bayangkan, bagaimana rasanya hidup di tengah kota tapi dilarang menggunakan WiFi, tak ada sinyal ponsel dan tak ada siaran radio atau TV? Uniknya kota seperti itu masih ada di negara secanggih Amerika, yakni Green Bank, kota tanpa sinyal ponsel dan WiFi di Amerika.
Rasanya mungkin seperti masuk ke suatu pedalaman di hutan. Mungkin juga, Anda justru menemukan kepuasan baru.
Di sebuah kota bernama Green Bank, bagian dari West Virginia, Amerika Serikat, semua bayangan itu akan terwujud. Bahkan ketika mulai masuk ke kota itu, suara radio di mobil pelan-pelan akan hilang digantikan dengan white noise tanda kehilangan transmisi. Bar sinyal ponsel pun lenyap.
Green Bank memang bukan kota biasa. Lokasinya berada di National Radio Quiet Zone AS, wilayah yang secara hukum melarang penggunaan alat bertransmisi radio demi memfasilitasi penelitian ilmiah dan intelijen militer.
Dilansir KompasTekno dari The Guardian, Senin (22/6), ada dua rangkaian teleskop raksasa yang berdiri di dekat kota tersebut, yaitu milk National Radio Astronomy Observatory (NRAO) dan milik National Security Agency (NSA). Rangkaian teleskop raksasa pertama berfungsi memantau pergerakan bintang, nebula dan supernova, sedangkan yang kedua dipakai untuk keperluan intelijen.
Teleskop-teleskop raksasa itu sangat sensitif sehingga dapat terganggu oleh sinyal elektronik dari microvawe atau sekadar selimut listrik. Bahkan, ketika ada penduduk kota yang nakal menyalakan WiFi, pemerintah bisa mendeteksi dan akan mengirimkan petugas untuk meminta mereka mematikannya.
Orang yang serba digital, bisa jadi akan menganggap Green Bank sebagai siksaan. Di sisi lain, bagi orang-orang yang mengidap Electronic Hypersensitivity (EHS) kota kecil itu seolah surga dunia.
EHS merupakan sensitifitas berlebihan terhadap paparan radiasi elektromagnetik. Biasanya pengidap akan merasa pusing, mual, dan pandangannya buram ketika berada di dekat BTS atau WiFi, meskipun sinyal tersebut masih ada dalam batas aman untuk manusia.
Dengan demikian Green Bank yang tanpa WiFi dan alat transimisi radio jadi tujuan idaman. Total sudah ada sekitar 40 orang pengidap EHS yang pindah ke sana, bercampur dengan populasi penduduk asli yang hanya sekitar 120 orang.
Masa Depan Pengolahan Sampah Elektronik Ada di Tangan Negara-negara Terbelakang?
Penulis | : | |
Editor | : | Faras Handayani |
KOMENTAR