Senin Sore (22/6), Komunitas Buku untuk Papua (BUP) menggelar ‘Kelas Cerdas’ di Arcaf Art & Café. Kelas Cerdas adalah kegiatan bulanan BUP untuk saling bertemu, belajar, berbagi, dan berjejaring. Kegiatan ini sekaligus dalam rangka penggalangan buku anak.
Saya bertemu Dayu Rifanto, penggagas gerakan BUP di tempat tersebut. Hari itu dia menjadi moderator ‘Kelas Cerdas’ yang diisi oleh AA Kunto A, Demianus Nawipa dan Michael Aloi. Saat AA Kunto mengisi materi kepenulisan, saya sempatkan berbincang dengan Dayu. Sore itu dia memakai kaos kerah hitam dan celana panjang. Tangannya memegang cangkir kopi yang belum lama dipesannya
Pada tahun 2012, teman Dayu asal Papua, Longgi Peke berkata padanya bahwa dia ingin mendirikan rumah baca di Papua, tetapi tidak ada buku. “Sedangkan di jawa ini banyak inisiatif sosial, anak muda bikin, menggunakan sosial media, mengumpulkan banyak orang,” ujarnya. Akhirnya laki-laki berusia 33 tahun ini setuju untuk membantu. Menurutnya, itulah yang menjadi awal terbentuknya BUP.
Dalam situs BUP (bukuntupapua.org), terdapat kalimat, ‘Its not about collecting the books, Its a sharing knowledge’. Dayu memaksudkan, bahwa mengumpukan buku bukanlah tujuan satu-satunya. Dia juga menekankan bahwa menjejaringkan orang untuk peduli pendidikan Papua tidak kalah penting.
Dayu mengatakan bahwa problem pendidikan paling banyak ada di Papua. “Terus siapa yang mau lihat, kalo bukan orang yang pernah di Papua, atau orang Papua?”ungkapnya pria yang lahir di Papua tersebut. “Di Papua kebanyakan orang ribut politik, mulai dari pemekaran, partai politik, cari duit. Tapi lupa kalo anak kecil banyak yang ngga sekolah, anak kecil banyak yang putus sekolah,” lanjutnya.
Meski kini sudah berdomisili di Yogyakarta, membantu Papua, bagi Bayu berarti membantu dirinya sendiri. Ini bukan semata karena dia kelahiran sana, melainkan karena Papua bagian dari kita.
Inisiatif BUP tidak hanya membantu papua. Jika ada rumah baca atau inisiatif rumah baca di manapun yang membutuhkan bantuan, BUP akan membantu. Hanya saja, selama ini, teman-teman Papua yang lebih aktif di komunitas ini.
Sejauh ini dari penggalangan buku, BUP berhasil mengumpulkan lima kardus besar, yang setelah disortir, akan dikirimkan ke tiga rumah baca di Papua. Selain di Yogya sebagai pusatnya, ada BUP Jakarta, BUP Bandung, dan BUP Malang.
Penulis | : | |
Editor | : | Saeful Imam |
KOMENTAR