Sebanyak 11 balita di Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT), meninggal dunia akibat terkena gizi buruk dalam kurun waktu lima bulan. Data tersebut disampaikan Serly Matutina Hayer dan I Gede Kabinawa, dua orang staf di bagian seksi perbaikan gizi, Dinas Kesehatan Provinsi NTT, yang didampingi oleh Kepala Biro Humas Setda NTT, Lambert Ibi Riti, saat menggelar konferensi pers di ruangan Humas Setda NTT, Kamis (25/6/2015).
"Data ini sesuai dengan laporan dari Dinas Kesehatan di Kabupaten/Kota dalam rentang waktu bulan Januari 2015 sampai 31 Mei 2015. Untuk 11 balita yang meninggal akibat gizi buruk tersebut, berasal dari Kabupaten Timor Tengah Utara (TTU)," kata Serly.
Data yang dihimpun oleh Dinas Kesehatan Provinsi NTT, lanjut Serly, menunjukkan, empat dari 11 balita yang meninggal di Kabupaten TTU adalah Ulan Kaunan (9) warga Kampung Oenana, Desa Faennake, Kecamatan Bikomi TTU, status gizi buruk yang disertai dengan penyakit Ispa, diare dan kejang-kejang.
Ulan Kaunan sempat dirawat di puskesmas dan sempat di rujuk ke RSUD Kefamemanu, tetapi keluarga menolak sehingga korban meninggal pada 7 Februari 2015.
Balita lainnya, Lidtuana Palbeno, berusia 22 bulan. Warga Desa Nimasi, Kecamatan Bikomi Tengah, TTU, memiliki status gizi buruk disertai dengan penyakit batuk, pilek dan panas. Sempat menjalani perawatan di RSUD Kefamenanu, namun akhirnya meninggal pada 19 Maret 2015.
Adrianus Basteas, 21 bulan, asal Kampung Tuamese, Desa Taekas, Kecamatan Miomafo Timur, TTU, dengan status gizi buruk disertai penyakit penyerta suspek pneumonia dan gea serta sempat menjalani perawatan selama 2 hari, namun keluarga menolak dan pulang paksa, sehingga akhirnya meninggal pada 21 Februari 2015.
Kemudian Pracella Bone, 2 tahun 2 bulan, warga Kelurahan Tublopo, Kecamatan Bikomi Selatan, TTU, status gizi buruk dengan penyakit pneumonia berat dan disentri. Sempat dirawat di RSUD Kefamenanu, namun akhirnya meninggal pada 2 April 2015.
Serly menjelaskan, dari 330.214 balita yang ditimbang di 21 Kabupaten dan 1 Kota di NTT, terdapat 1.918 balita yang menderita gizi buruk tanpa kelainan klinis, 10 balita yang menderita gizi buruk dengan kelainan klinis yakni 8 balita gizi buruk Marasmus dan 2 balita gizi buruk Maras Kwash.
Sementara itu, terdapat 21.134 balita yang menderita gizi kurang. Jumlah penderita gizi buruk tanpa kelainan klinis paling banyak terdapat di Kabupaten Sumba Barat Daya, yakni sebanyak 200 balita, sementara paling sedikit yakni di Kabupaten Nagekeo yakni hanya 6 balita saja. Balita yang kurang gizi paling banyak berada di Kabupaten Sikka yakni 5.174 balita dan yang paling sedikit di Kabupaten Sumba Tengah yakni 31 balita.
Untuk gizi buruk dengan kelainan klinis jenis Marasmus, hanya terdapat di tiga Kabupaten yakni Kabupaten Belu 6 balita, Kabupaten Kupang 1 balita dan Kabupaten Timor Tengah Utara (TTU) 1 balita, sedangkan untuk gizi buruk Maras Kwash hanya terdapat di Kabupaten Belu yakni 2 balita.
“Kasus gizi buruk (1.918 balita) ini sudah ditangani semua, oleh Dinas Kesehatan Kabupaten dan Kota, termasuk juga 9 balita yang menderita gizi buruk dengan gejala klinis. Data yang kami peroleh ini setelah ada penanganan dari Dinas Kesehatan Kabupaten dan Kota setempat,” kata Serly.
Penulis | : | |
Editor | : | Aris |
KOMENTAR