Ilmuwan di India dan Pakistan mengatakan bahwa temperatur tinggi hanyalah salah satu faktor di balik gelombang panas mematikan akhir-akhir ini.
Menurut mereka, tekanan udara, kelembaban tinggi, dan absennya angin juga memicu panas yang luar biasa. Mereka tidak tahu mengapa hal seperti itu terjadi kali ini.
Prakiraan temperatur menyatakan bahwa puncak gelombang panas terjadi minggu lalu dengan suhu mencapai 43 derajat celsius.
Prediksi itu akurat, tetapi ada faktor lain yang membuat suhu terasa lebih panas, memicu 1.000 orang meninggal di Pakistan dan sebelumnya lebih dari 2.000 di India.
"Di Karachi, suhu terasa 49 derajat celsius dan itu yang kita sebut dengan indeks panas," kata Muhammad Hanif, Direktur Pusat Prakiraan Cuaca Nasional Pakistan.
"Indeks panas lebih tinggi dari temperatur yang sebenarnya karena tekanan udara rendah dan kelembaban tinggi di area itu," lanjutnya.
"Tekanan rendah, yang sangat tak biasa pada bulan Juni, menyebabkan angin laut tak ada sehingga menyebabkan panas yang tak tertahankan," ungkap Hanif.
!break!Investigasi India
Investigasi oleh ilmuwan India juga mengungkap adanya kondisi meteorologi tak biasa pada kasus gelombang panas kali ini.
"Panas di pantai hilang karena angin laut bertiup pada malam hari memiminalkan stres pada manusia," jelas LS Rathore, Direktur Jenderal Departemen Meteorologi India.
"Tahun ini, itu tidak terjadi, dan apa yang kita alami pada dasarnya adalah pemanasan daratan yang berkepanjangan," kata Rathore.
R Krishnan, Kepala Studi Perubahan Iklim di Institut Meteorologi Tropis India, mengatakan, dasar ilmiah untuk menjelaskan fenomena itu masih minim.
"Pemanasan yang berlangsung selama berhari-hari berkaitan dengan perubahan atmosfer," ungkap Krishnan seperti dikutipBBC, Jumat (26/7).
"Kita tidak tahu yang memicu pola sirkulasi yang menyebabkan perubahan gerak angin dan mempertahankan panas," urainya.
Gelombang panas Karachi
Hanid menerangkan kondisi di Pakistan. "Vortex (tekanan rendah) yang tumbuh di laut Arab bagian utara pada awalnya berada di atmosfer bagian atas," katanya.
"Beberapa hari kemudian, vortex itu turun ke permukaan dan menjadi area bertekanan rendah," tambahnya.
"Tekanan rendah dan kelembaban tinggi itulah yang menyebabkan panas tak tertahankan di Karachi, suhu seolah-olah 49 derakat celsius, sementara aktualnya 43 derajat celsius."
"Di bagian selatan Pakistan, suhu udara yang terbaca 47 derajat, celsius tapi orang hanya merasa 41 derajat celsius karena tekanan tinggi dan kelembaban rendah. Itulah mengapa tidak ada orang meninggal di sana," urai Hanif.
Fenomena seperti yang terjadi di Karachi semakin sering terjadi. Ilmuwan belum mengetahui sebabnya.
"Kita harus mencari tahu mengapa sirkulasi yang tak biasa ini terjadi saat ini," ungkap Krishnan.
Cuaca ekstrem
Perubahan iklim mungkin menjadi salah satu faktor yang memicu fenomena tak biasa itu. Panel Antar-pemerintah untuk Perubahan Iklim (IPCC) telah mengingatkannya.
"Pemanasan telah terjadi, pada level negara, di wilayah Asia Selatan selama abad ke-20 dan 2000-an," demikian assesment report kelima IPCC menyebutkan.
"Frekuensi gelombang panas meningkat sejak pertengahan abad 20 di sebagian besar wilayah Asia."
Ancaman gelombang panas selama ini tak mendapat perhatian karena terjadi perlahan, tak seperti banjir dan badai. Perhatian kini diperlukan.
Masa Depan Pengolahan Sampah Elektronik Ada di Tangan Negara-negara Terbelakang?
Penulis | : | |
Editor | : | Aris |
KOMENTAR