Mereka kemudian menganalisis ribuan sel kekebalan dari pasien ICU. Peneliti kemudian mengumpulkan darah dari pasien COVID-19 dan non-COVID-19 yang dirawat di ICU Calgary dengan gangguan pernapasan parah. Para peneliti di lab Biernaskie menggunakan pengurutan RNA sel tunggal mutakhir dan teknik bioinformatika untuk secara simultan menganalisis status fungsional ribuan sel imun dari setiap pasien. Ini memungkinkan mereka untuk mendokumentasikan perilaku seluler pada berbagai tahap penyakit (infeksi COVID-19 atau non-COVID-19) dan untuk mengukur efek pengobatan.
"Kami mengambil sampel pasien sebanyak yang kami bisa, tidak hanya pada satu titik waktu, tetapi pada titik waktu tindak lanjut sehingga kami bisa mendapatkan gambaran tentang evolusi penyakit dan evolusi respons imun," kata Biernaskie.
Pada sebagian besar infeksi virus, protein yang disebut interferon bekerja untuk membersihkan virus dengan cepat. Namun pada COVID-19, alih-alih bekerja cepat, malah menjadi lebih buruk. "respons interferon mengalir, yang sebenarnya memicu api peradangan, dan kemudian Anda mendapatkan kerusakan organ yang lebih buruk," kata Yipp.
Setelah mengidentifikasi alasan mengapa ada bias seks dalam cara kerja deksametason, Yipp percaya bahwa selanjutnya para peneliti harus mencari cara membuat terapi yang bermanfaat bagi lebih banyak orang. Tidak hanya itu, terapi individual yang juga dikenal sebagai pengobatan presisi atau personal juga diperlukan.
Masa Depan Pengolahan Sampah Elektronik Ada di Tangan Negara-negara Terbelakang?
Source | : | Nature Medicine,University of Calgary News |
Penulis | : | Ricky Jenihansen |
Editor | : | Warsono |
KOMENTAR