Ruang senantiasa merupakan ruang sosial karena diproduksi secara sosial. Space is a socal product, ujar filsuf Prancis, Henri Lefebvre. Gagasan tersebut lebih dikenal dengan Teori Produksi Ruang.
Teori Produksi Ruang berisi pemahaman, bahwa ruang terikat pada realitas sosial secara fundamental. Bagi Lefebvre, pemahaman ruang sebagai in itself tidak akan pernah menemukan titik mula epistemologis yang memadai. Ia menegaskan bahwa ruang tidak pernah ada ‘sebagaimana dirinya’. Ruang diproduksi secara sosial.
Namun bagaimana jika pendekatan teori ruang produksi tidak ditempatkan pada posisinya dalam diskursus filsafat, namun digunakan sebagai instrumen analisis atas ruang kota?
Ruang kota merupakan arena perjumpaan atas berbagai kepentingan. Kontrol atas ruang menjadi sebuah kontestasi kuasa dari subyek-subyek yang berada di balik kepentingan tersebut.
Salah satu fenomena yang lazim terjadi di banyak kota menunjukkan bahwa sangat sulit mengendalikan praktik-praktik meruang dari sektor informal yang mengkooptasi ruang-ruang ‘publik’ dan menjadikannya arena kaki lima.
Usaha pemerintah untuk mengatur atau keinginan membersihkan praktik-praktik ini sering berhenti menjadi situasi dilematis yang membenturkan perkara penertiban dengan rasa kemanusiaan. Ada semacam jarak antara konsep ideal kebijakan dan realitas persepsi atas fungsi ruang publik.
Realita di atas kemudian yang mendasari ‘Membaca Praktik Spasial dalam Kontestasi dan Negosiasi Ruang Kota: Membincangkan Teori Produksi Ruang (Sosial) Henri Lefebvre’, sebuah diskusi yang akan digelar oleh Forum Umar Kayam PKKH UGM.
Forum akan digelar pada Senin, 6 Juli 2015, di Ruang Gong PKKH UGM mulai pukul 16.00-18.00.
Staf Pengajar di Program Studi Teknik Arsitektur Universitas Kristen Duta Wacana, Gregorius Sri Wuryanto akan mengajak peserta menelaah fenomena tersebut dengan analisis sosio-spasial.
Pendekatan tersebut dipercaya akan melahirkan pertanyaan-pertanyaan kritis sebagai awal sebuah penjelajahan rasa ingin tahu yang merajut pemahaman tentang ruang berikut konstruksi persepsi dan kesadaran yang memproduksinya.
Penulis | : | |
Editor | : | Saeful Imam |
KOMENTAR