Namun cnidocytes yang dikirim tadi ini berbeda dengan yang biasanya.
"Sel ini kurang zat racunnya, tapi masih punya protein yang berguna untuk menjadi semacam jangkar,” kata Garm.
“Mereka menggunakan protein ini untuk menjangkarkan sperma ke \'indung telur\' si betina. Cnidocytes ini telah kehilangan fungsi sebagai senjata dan menjadi jangkar bagi sperma.”
Cnidocytes tak menyengat ini, kata Garm, mungkin membantu memastikan sperma itu tetap tinggal di indung telur si betina, dimana mereka bisa dibuahi.
Proses pembuahannya juga agak tidak lazim.
Pada makhluk hidup seperti manusia, satu sel sperma biasanya mampu menerobos cangkang luar indung telur lantas bersatu dengannya.
Tapi dalam ubur-ubur jenis C. sivickisi, si betina mulai dengan memakan sperma jantan.
"Semua ini terjadi dalam sistem pencernaan si betina, di mana terdapat banyak enzim di dalamnya,” kata Garm.
“Apa yang tampakya terjadi adalah, sebagian sel sperma ini dicerna.”
Dengan mencerna sperma, si betina melepaskan sel inti mereka, yang mengandung DNA. Ia kemudian harus membawa inti itu ke dalam telur, untuk bisa dibuahi di sana.
Sel telur ini tertutupi sel kulit. Ubur-ubur menelan sel ini, kemudian mengirimkannya ke dalam sel telur.
“Enzim di dalam perut memakan sel sperma,” kata Garm. “Sel inti dimakan oleh sel kulit, lalu sel kulit mengirimkan sel inti ke sel-sel telur.”
Penulis | : | |
Editor | : | Aris |
KOMENTAR