Si betina lalu mengerami telur yang telah dibuahi selama beberapa hari. Ini untuk membuat mereka aman.
Namun sebelum telur-telur itu sepenuhnya berkembang, si betina menjatuhkan mereka.
Ubur-ubur betina mengerami telur-telur itu di sebuah \'pita\' yang lengket yang disebut “jalur embrio”, di mana ia melekatkan telur-telur itu ke terumbu karang tempat binatang ini hidup.
Untuk selama dua atau tiga hari, telur itu tetap melekat di terumbu karang. Sampai akhirnya larva selesai berkembang.
“Mereka akan merangkat keluar dari kantong yang berlendir, lantas kemudian berenang menjauh,” kata Garm.
Berdiam di puncak terumbu karang kedengarannya cara memulai hidup yang berbahaya, tetapi para betina ini melengkapi telur-telur tersebut dengan mekanisme membela diri.
Terlu-telur ini dilengkapi dengan cnidocytes dari si betina. Tidak seperti cnidocytes yang dipakai jantan yang sudah tak menyengat, cnidocytes yang ini sepenuhnya berfungsi sebagai senjata.
"Cnidocytes betina ini serupa dengan yang ada dalam sungut mereka yang biasa dipakai untuk mencari makan atau membela diri," kata Garm.
Hasil penelitian ini diterbitkan di Journal of Morphology.
Tak ada ubur-ubur lain yang meletakkan embrionya seperti C. sivickisi, dan sementara beberapa diketahui kawin dan melakukan pembuahan di dalam, tapi tak ada yang memakai cnidocytes untuk kawin.
C. sivickisi mungkin saja mengembangkan pelan-pelan cara kawin mereka itu untuk melindungi anak-anak mereka.
Bagian paling berbahaya dari kehidupan hewan itu ada pada saat permulaan hidup mereka, kata Garm.
“Lebih lama mereka dilindungi oleh induk mereka, lebih besar kemungkinan mereka untuk bertahan hidup.”
Dengan menggabungkan pembuatan internal, termasuk cnidocytes untuk menjadi jangkar bagi sperma, dan penggunaan cnidocytes untuk melindungi jalur embrio-nya, C. sivickisi memaksimalkan kesempatan keturunannya untuk bertahan hidup."
“Mereka tak akan menghabiskan sperma mereka di air, dan menjamin bahwa sel telur terbuahi dan terlindungi sampai tingkat di mana mereka punya kesempatan lebih tinggi untuk bertahan hidup,” kata Garm.
Tapi ini semua ada dampaknya. Dibandingkan dengan ubur-ubur yang semata-mata menaburkan sperma dan sel telur ke air, C. sivickisi hanya bisa menghasilkan sedikit saja keturunan.
"Masing-masing ada kekurangan dan kelebihannya," kata Garm.
Penulis | : | |
Editor | : | Aris |
KOMENTAR