Dalam beberapa milyar tahun ke depan, kemungkinan Bumi akan berhenti berotasi adalah nol atau bisa dikatakan tidak mungkin terjadi Bumi berhenti berputar pada porosnya. Bahkan ketika Matahari mengakhiri hidupnya dan Bumi masih baik-baik saja, ia akan terus berputar .
Ketika Bumi berputar pada porosnya, berlaku kekekalan momentum sudut. Seperti olahragawan seluncur indah yang berputar semakin cepat atau roda yang berputar. Putarannya tidak akan berhenti begitu saja kalau tidak ada yang menghentikan atau ada yg memperlambat. Seperti roda pada sepeda yang berputar cepat untuk dihentikan harus direm perlahan atau direm mendadak.
Kalau perlahan efek yang ditimbulkan hampir tidak ada. Tapi kalau mendadak maka akan membuat si pengendara merasakan efeknya. Bisa-bisa dia terjungkal kalau harus menghentikan sepeda secara mendadak. Atau air yang berputar dengan kencang di dalam ember ketika putarannya dihentikan maka air akan tumpah.
Seandainya Bumi bisa berhenti berotasi, apa penyebabnya. Ini dalam kenyataan tidak akan terjadi, tapi ada dua skenario yang memungkinkan. Skenario yang pertama, Bumi mengalami perlambatan rotasi secara perlahan-lahan yang terjadi akibat efek pasang surut Matahari dan planet lainnya.
Tanpa memperhitungkan Bumi akan ditelan Matahari kalau Matahari berevolusi, maka interaksi Bumi – Bulan akan dapat memperlambat rotasi Bumi saat Bulan menjauh dari Bumi sampai keduanya kemudian terkunci secara gravitasi. Pada saat itu Bumi akan berhadapan satu sisi wajahnya dengan Bulan. Kemudian, kalau kita lihat ke masa depan yang sangat jauh, gaya pasang surut Matahari juga akan menyebabkan Bulan secara perlahan mendekati Bumi, menyebabkan rotasi Bumi dipercepat dan Bulan menabrak Bumi. Keduanya akan bersatu dan rotasi Bumi secara perlahan akan mengalami perlambatan dan terkunci secara gravitasi dengan Matahari.
Sayangnya skenario pertama tersebut tidak akan terjadi karena Matahari akan berevolusi menjadi raksasa merah dan menelan Bumi.
Skenario kedua, Bumi tiba-tiba berhenti berputar karena sesuatu hal misalnya ditabrak oleh sebuah benda. Tapi ini pun tidak akan terjadi, karena tidak ada sesuatu apapun yang cukup besar untuk menabrak Bumi di Tata Surya. Setidaknya untuk beberapa milyar tahun ke depan.
Tapi, seandainya Bumi berhenti berotasi, apa yang terjadi?!break!
Bencana Besar
Sekarang bayangkan, jika sebuah benda seperti Bumi yang memiliki kecepatan rotasi 1,674.4 km/jam di ekuator berhenti secara tiba-tiba. Jika itu terjadi, maka semua benda yang tidak terikat dengan Bumi akan terus berotasi dengan kecepatan yang sama dengan sebelumnya sebagai akibat dari kekekalan momentum.
Seperti sebuah tabrakan maka ketika sebuah benda dipaksa berhenti bergerak kita yang ada di dalamnya akan merasakan akibatnya. Akibatnya, bagi manusia di Bumi, akan terasa seperti gempa bumi yang sangat dasyat yang menggoncang Bumi dengan tiba-tiba. Dan karena di khatulistiwa kecepatan berputar Bumi itu 460 meter/detik, maka ketika Bumi berhenti tiba-tiba kita akan terlempar jauh meskipun tidak sampai lepas dari Bumi karena kecepatan lepas Bumi jauh lebih besar yakni 40000 km/jam. Semua yang ada di Bumi mulai terlempar ke samping dalam lintasan roket. Bangunan akan runtuh, lautan akan meluap dalam gelombang pasang yang besar dan akan ada angin atmosfer yang sangat kencang menyapu permukaan.
Semakin jauh dari ekuator ke kutub maka kecepatan rotasi Bumi juga akan melambat. Jadi, semakin kita berada jauh dari ekuator, kecepatannya juga akan makin lambat. Dan kalau kita berada di kutub utara atau selatan maka kita hampir tidak akan merasakan akibat dari berhentinya perputaran Bumi tersebut.
Gempa Bumi
Gelombang seismik akan melintas di seluruh Bumi menyebabkan terjadinya gempa bumi dimana-mana dan bisa menyebabkan Bumi hancur berkeping-keping.
Hari Yang Tak Berakhir
Ketika Bumi berhenti berputar, masalah lain adalah panjang siang dan malam tidak akan sama. Seperti kita ketahui, saat Bumi berputar pada sumbunya maka di Bumi akan terjadi siang dan Malam dan Matahari akan berada pada posisi yang sama di Bumi setiap 24 jam.
Kalau Bumi berhenti, maka butuh waktu 365 hari bagi Matahari untuk bergerak di angkasa dan kembali ke posisi yang sama. (misalnya dari terbitnya Matahari ke waktu terbit berikutnya). Akibatnya, setengah Bumi akan mengalami siang selama setengah tahun dan belahan Bumi lainnya akan mengalami malam selama setengah tahun.
Terpanggang atau Kedinginan?
Tak hanya itu, pergeseran temperatur dari musim ke musim juga akan sangat terasa perbedaannya di sepanjang area ekuator. Daerah khatulistiwa akan memiliki masa dimana ia sangat panas karena berada sangat dekat dengan Matahari sementara belahan Bumi lainnya justru gelap dan sangat dingin karena tidak mendapatkan sinar Matahari. Akibatnya, tumbuhan dan hewan akan mengalami kesulitan untuk beradaptasi dan manusia pun sulit untuk hidup di area seperti itu.
Manusia pada dasarnya merupakan makhluk yang bisa beradaptasi. apalagi dengan adanya teknologi mutakhir, kegelapan bisa diatasi dengan lampu, bisa membuat rumah jadi hangat atau dingin, tapi bagaimana dengan kebutuhan makanan dll?
Apakah tumbuhan bisa tumbuh dalam perubahan temperatur yang sedemikian drastis? Pada kondisi ini rantai makanan akan terancam.
Lautan Yang Bergelora
Pada saat Bumi berhenti berputar, batas antara lautan dan daratan juga akan berubah. Ketika Bumi berotasi, gaya sentrifugal akan menyebabkan planet memiliki tonjolan atau bulge di sepanjang ekuator. Jadi, kalau Bumi tidak berotasi maka tidak akan ada tonjolan. Tanpa ada tonjolan maka semua air yang ada di ekuator akan bergerak ke kutub. Hasil simulasi yang dilakukan menunjukkan ketika Bumi tidak lagi berotasi maka lautan akan berada di area kutub sedangkan area ekuator akan menjadi pita daratan dalam satu benua raksasa.
Bumi Bulat Sempurna dan Sumbunya Tidak Miring
Saat Bumi berhenti berputar, kecepatan rotasi menyebabkan Bumi memiliki tonjolan di daerah ekuator. Jika tidak berotasi maka Bumi akan memiliki bentuk bulat sempurna.
Penulis | : | |
Editor | : | Julie Erikania |
KOMENTAR