Organisasi Kesehatan Sedunia (WHO) melaporkan vaksin kolera secara efektif mengendalikan penyebaran penyakit mematikan tersebut di sejumlah daerah berisiko tinggi di seluruh dunia. Tetapi, WHO mengatakan, kurangnya vaksin membatasi kemampuan untuk melindungi semua yang membutuhkannya.
WHO melaporkan, setiap tahun terjadi sekitar tiga juta sampai lima juta kasus kolera dan sampai 120 ribu kematian akibat penyakit itu. Penyakit yang bisa mematikan dalam hitungan jam ini, disebabkan oleh konsumsi makanan atau air yang tercemar. Bakteri itu tumbuh subur dalam kondisi kotor.
Vaksin kolera oral sudah ada sejak tahun 1991, namun diberikan terutama bagi wisatawan. Kondisi itu menjadi lebih baik dalam beberapa tahun ini. Berkat pendanaan dari lembaga-lembaga internasional, WHO mampu menyediakan dua juta dosis vaksin untuk digunakan di tempat-tempat berisiko tinggi.
Pakar kolera di WHO, Dominique Legros mengatakan vaksin itu tebukti ampuh mengendalikan wabah kolera. Ia berharap produksi vaksin ditambah dalam tahun-tahun mendatang, sehingga tiga juta dosis tersedia untuk diberikan di daerah endemik dan dalam situasi darurat.
Legros mengatakan, "Tentu ini bukan solusi jangka panjang. Solusi jangka panjang untuk kolera, kita tahu sejak 150 tahun lalu, yaitu pembangunan, akses ke air bersih dan akses ke sanitasi. Tetapi, nyatanya, vaksin ampuh. Artinya, kita bisa berbuat sesuatu. Hasilnya bisa didapat sangat cepat dengan vaksin, lalu kita bisa menindak-lanjuti dengan penyediaan air bersih dan sanitasi."
Kolera bisa terjadi kapan saja sepanjang tahun. WHO melaporkan, sekitar 40 juta orang di Afrika berisiko terkena penyakit itu. Daerah-daerah berisiko tinggi mencakup bagian timur Republik Demokratik Kongo, Burundi, Tanzania, Sudan Selatan, Mozambik dan komunitas nelayan di Ghana.
Pusat perhatian lain adalah sekitar Danau Chad, daerah yang tidak aman di bagian-bagian Chad, Kamerun, Niger dan Nigeria. Kepada VOA, Legros mengatakan, petugas memberi vaksinasi kolera di Sudan Selatan, di Bentiu, negara bagian Unity dan di Juba utara, ibukota. Ia menambahkan, rencana vaksinasi di Malakal, negara bagian Upper Nile harus dibatalkan karena alasan keamanan.
"Kami memastikan bahwa alokasi vaksin disesuaikan risiko, di mana risiko tertinggi dan di mana ada kemampuan melakukan vaksinasi. Jika kita mengirim vaksin tetapi vaksinasi tidak bisa dilakukan karena masalah keamanan, misalnya, itu akan sangat disayangkan," tambah Legros.
Sampai 4 Juli, WHO melaporkan 632 kasus kolera termasuk 30 kematian dari 75 desa di Juba County. Dikatakan, lebih dari 17.800 kasus kolera, termasuk 150 kematian, terjadi tahun ini di Tanzania.
Pemutihan pada Terumbu Karang, Kala Manusia Hancurkan Sendiri Benteng Pertahanan Alaminya
Penulis | : | |
Editor | : | Aris |
KOMENTAR