Jumlah jemaah yang hendak menunaikan salat Idul Fitri di Masjid Agung Jami, Kota Malang, Jawa Timur, mencapai ribuan orang. Hal itu membuat sebagian di antara mereka membentangkan sajadah di halaman Gereja Katolik Paroki Hati Kudus Yesus.
Beralas kertas koran dan sajadah, mereka khusyuk menunaikan ibadah. Halaman gereja yang terletak sekitar 100 meter dari masjid ini dipenuhi jemaah perempuan. Sedangkan jemaah laki-laki berada di depan gerbang sepanjang Jalan Basuki Rahmat Kota Malang.
Pengurus Gereja Paroki Hati Kudus Yesus, Yohanes Kristiawan, mengaku menyiapkan halaman gereja untuk ibadah salat Id sejak pukul 05.00 WIB. Pintu gerbang gereja dibuka lebar untuk umat Muslim.
Begitu pintu gerbang halaman gereja dibuka, ribuan jemaah berduyun-duyun masuk. Mereka menggelar kertas koran dan sajadah untuk alas salat.
"Jemaah tak hanya warga Malang, ada yang berasal dari daerah lain sekitar Malang," kata Ketua Takmir, Kiai Haji Zainudin Abdul Muchid, saat memberi sambutan sebelum shalat.
Zainuddin menjelaskan bahwa komunikasi dan sikap toleransi terjalin antar-pemuka agama. Jika pimpinan harmonis, menurut dia, jemaah juga mengikuti. Salah satu bentuk kerukunan ialah saat gereja berulang tahun, takmir masjid mengirim ucapan ulang tahun.
Dalam kesempatan lain, pengurus gereja turut berpartisipasi dalam kebersihan seusai shalat Id. "Saya bersama tiga teman dan seorang pasukan kuning membersihkan kertas koran," kata pengurus gereja, Yohanes Kristiawan, kepada kontributor BBC Indonesia, Eko Widianto.
Bahkan, saat Idul Fitri tahun lalu, pihak gereja menunda kebaktian untuk memberikan kesempatan umat Muslim beribadah. Saat itu, Lebaran jatuh tepat pada hari Minggu.
Toleransi antar-umat beragama di Kota Malang, menurut pengurus Masjid Agung Jami, telah berlangsung lama.
Sementara itu, jemaah salat Id mengaku bersyukur diizinkan menjalankan salat di halaman gereja.
Wahyuni, warga Turen, rela menempuh perjalanan sejauh 25 kilometer untuk salat Idul Fitri. Mendekati waktu salat, ia masuk pelataran gereja untuk mengikuti salat Id. "Kerukunan antar-umat harus dijaga. Dalam situasi apa pun," ujarnya.
Sikap toleransi itu diakui Wali Kota Malang Mochamad Anton terjalin baik. Jalinan kebersamaan berlangsung lama, saat bulan puasa lalu umat Muslim mengajak umat lain buka bersama. "Tadi malam umat Kristen, Katolik, Hindu, dan Buddha ikut takbir keliling," katanya.
Penulis | : | |
Editor | : | Kontributor Singapura, Ericssen |
KOMENTAR