Nationalgeographic.co.id—Mendekati momen mudik Lebaran 2025, ketika kerinduan kampung halaman berpadu dengan semangat petualangan, muncul pertanyaan penting: bagaimana kita bisa menikmati perjalanan yang bermakna tanpa meninggalkan jejak karbon yang merusak bumi?
Di tengah hiruk-pikuk persiapan perjalanan, apakah kita pernah membayangkan dampak dari setiap jejak yang kita tinggalkan?
Bukan sekadar soal memilih moda transportasi atau tempat menginap, wisata berkelanjutan mengajak kita untuk melihat lebih dalam, merenungkan bagaimana setiap keputusan—mulai dari barang bawaan hingga pilihan makanan—memengaruhi lingkungan dan masyarakat sekitar.
Mari kita ubah paradigma mudik Lebaran menjadi kesempatan untuk merayakan keindahan alam Indonesia, mendukung ekonomi lokal, dan meminimalkan jejak karbon.
Artikel ini hadir sebagai kompas bagi para pemula yang ingin memulai perjalanan wisata berkelanjutan, menawarkan panduan praktis dan inspirasi untuk menjadikan setiap momen mudik Lebaran 2025 sebagai kontribusi positif bagi masa depan planet kita.
Apa itu wisata berkelanjutan?
Dilansir dari National Geographic, wisata berkelanjutan adalah perjalanan yang peka terhadap iklim dan alam. Tujuannya adalah memastikan tempat wisata mendapat manfaat jangka panjang dari kunjungan wisatawan. Ini adalah keseimbangan antara dampak positif dan pengurangan dampak negatif.
Apa yang sedang terjadi dan mengapa?
Konsentrasi karbon dioksida di atmosfer saat ini lebih dari 400 bagian per juta. Ini lebih tinggi dari 800.000 tahun terakhir dan terus meningkat. Akibatnya, suhu global naik. Kenaikan suhu 1,5C dianggap berbahaya bagi planet ini. Stabilitas iklim bergantung pada kemampuan kita mengendalikan kenaikan suhu ini. Ini adalah dekade yang menentukan.
Bagaimana dampaknya terhadap alam?
Selain krisis iklim, ada keadaan darurat alam. Satu juta spesies hewan dan tumbuhan terancam punah di seluruh dunia. Penyebabnya adalah pertanian intensif, kehutanan, ekstraksi sumber daya, perburuan, spesies invasif, perluasan kota, polusi, dan perubahan iklim.
Baca Juga: Bukan Sekadar Tempat Wisata, Aviary Park Indonesia juga Berfungsi sebagai Lembaga Konservasi Satwa
KOMENTAR