Sementara itu, penerapan protokol kesehatan dan higienitas terhadap hewan dalam rantai pasok pangan dapat dilakukan dengan membagi peternakan menjadi tiga zona, sesuai standar biosekuriti. Salah satu contoh penerapan keduanya berhasil diwujudkan oleh masyarakat dan pemerintah di Boyolali, Jawa Tengah. Sejumlah peternakan unggas di provinsi tersebut menerapkan protokol biosekuriti tiga zona yang ketat demi menjaga kesehatan hewan ternak dan manusia yang bekerja dalam peternakan.
Penerapan protokol tersebut tidak hanya dilakukan oleh peternakan besar saja, tetapi juga peternakan kecil. Hasilnya, hewan ternak lebih sehat, produksi pun terus meningkat. Tak hanya itu, penerapan biosekuriti juga memudahkan pendeteksian dan penghentian zoonosis dari satu hewan ke hewan lain.
Selain peternakan, protokol kesehatan dan higienitas yang sama juga perlu diterapkan di rumah potong hewan (RPH) dan pasar hewan melalui pembersihan secara rutin dengan disinfektan, ventilasi dan saluran pembuangan terintegrasi. Hal ini dapat mencegah penularan penyakit dari darah maupun kotoran hewan.
Peran manusia penting dalam meminimalisasi risiko terjadinya wabah baru akibat zoonosis. Pengawasan dan deteksi dini terkait wabah penyakit pada hewan dan manusia dapat menjadi strategi pengendalian yang efektif. Sejatinya, seberapa rentan Indonesia terhadap PIB? Mampukah kita membangun benteng keamanan dari virus yang ganas? Apakah kita siap?
Untuk mengetahui lebih dalam mengenai risiko penyebaran zoonosis dan langkah yang dapat dilakukan Anda dapat mengikuti Bincang Redaksi: “Ancaman Pagebluk Baru terhadap Ketahanan Pangan Kita” yang diselenggarakan melalui Zoom pada 27 November 2021 pukul 14.00 WIB. Untuk informasi dan registrasi, kunjungi tautan berikut ini.
Penulis | : | Fathia Yasmine |
Editor | : | Sheila Respati |
KOMENTAR