Untuk menghilangkan jejak bila menghadapi pemangsa, cumi-cumi sering mengeluarkan cairan pekat dan gelap yang biasanya disebut tinta. Tinta itu menggumpal dalam air sehingga terbentuk awan hitam pekat yang cukup lama membingungkan si pengejar, dan cumi-cumi pun sempat berubah warna dan melarikan diri. Kabut tinta itu akhirnya menghilang.
Tinta cumi-cumi dihasilkan di dalam kelenjar khusus yang dihubungkan dengan rektumnya. Tinta itu terutama terdiri atas melanin—zat warna yang juga terdapat pada rambut dan kulit manusia serta banyak mamalia lainnya.
Karena diserang, cumi-cumi akan menyemburkan tinta hitam. Gumpalan tinta itu—bentuk dan besarnya kurang lebih sama dengan cumi-cumi itu sendiri—berfungsi sebagai tipuan, untuk mengalihkan perhatian si penyerang dan memberi kesempatan cumi-cumi itu untuk lari
Tertutup oleh Tinta Cerah
Segumpal kabut tinta hitam tidak dapat melindungi cumi-cumi di laut-dalam, sebab cumi-cumi ini hidup dalam kegelapan abadi. Sebagai gantinya, cumi-cumi laut-dalam menyemprotkan tinta terang, yang cahaya anehnya ditimbulkan oleh bakteri. Tinta yang berpendar itu membingungkan pemangsa cukup lama sehingga cumi-cumi dapat melarikan diri.
Tinta Jenis Lain
Seperti cumi-cumi kerabatnya yang bertangan sepuluh itu, gurita bertangan delapan menyemburkan tinta apabila terancam. Gurita menggunakan cairan ini sebagai tabir, bukan sebagai tipuan; tinta itu begitu tebal sehingga gurita tidak tampak dan dapat pergi menjauh tanpa terlihat. Tinta gurita mungkin memunyai manfaat pertahanan lain: diduga tinta itu mengandung unsur yang mematirasakan indra penglihatan dan pembau pada ikan kerondong dan ikan lain yang biasanya memangsa gurita.
Penulis | : | |
Editor | : | Dini Felicitas |
KOMENTAR