Para ilmuwan akhirnya berhasil mengurai rahasia dari genom gurita yang begitu sukar dipahami. Selama ini banyak pertanyaan belum terjawab tentang hewan yang memiliki bentuk fisiologi mirip alien. Bagaimana ia berkamuflase dengan begitu mahirnya? Bagaimana ia mengontrol dan meregenerasi kedelapan lengan dan ribuan penghisapnya? Juga pertanyaan paling rumit untuk dijawab, bagaimana hewan yang memiliki hubungan kekerabatan dengan siput ini memiliki kecerdasan yang begitu mengagumkan, menjadi pembelajar yang cepat, dapat memecahkan teka-teki dan bahkan menggunakan alat?
Penemuan yang dipublikasikan di jurnal Nature, mengungkapkan penemuan sebuah bentangan luas penuh gen-gen baru pada tubuh gurita yang belum pernah dijelajah sebelumnya—semacam penyusunan ulang dan hasil evolusi—dan terlihat sangat mirip dengan yang dimiliki manusia.
Dengan genom terbesar di dunia invertebrata, pengurutan gen gurita telah lama diketahui sebagai yang terbesar dan membingungkan. Gurita dan saudara-saudaranya (cumi-cumi, sotong dan nautilus) telah lama menjadi obyek penelitian di bidang neurologi dan farmakologi.
Kejutan besar lain adalah fakta bahwa gurita memiliki kelompok besar gen yang diketahui terlibat dalam pengembangan jaringan saraf kompleks. Jaringan saraf semacam itu biasanya ditemukan pada tubuh hewan vertebarata, semisal mamalia. Dikenal sebagai gen protocadherin, gen itu tergabung dalam daftar fitur evolusi independen yang sama-sama dimiliki manusia dan gurita. Termasuk tipe mata yang mirip kamera (memiliki lensa, iris dan retina), sistem respirasi tertutup dan otak besar.
Para peneliti memang belum benar-benar yakin bagaimana gurita mengatur kromatofora mereka—sebuah kantung penuh pigmen yang dapat mengembang dan berkontraksi dalam hitungan milidetik dan mengubah warna dan pola mereka secara keseluruhan. Tapi, dengan urutan genom di tangan, peneliti akan lebih mudah mempelajari bagaimana hal itu terjadi.
Dalam genom gurita juga ditemukan gen yang dapat membuat gurita dapat mengecap rasa menggunakan pengisapnya. Selain itu juga ditemukan gen yang dapat bergerak pada genom (dikenal sebagai transposon), yang mungkin berperan dalam meningkatkan pembelajaran dan memori.
Penulis | : | |
Editor | : | Julie Erikania |
KOMENTAR