Warna cokelat dan kuningnya mencolok sendiri di tengah jajaran yacht (kapal layar) putih yang berlabuh di Marina Batavia Sunda Kelapa, Jakarta, Jumat (21/8/2015). Pada badan bagian depan tertempel kayu bertuliskan “Mischief” menandakan nama kapal ini.
Mischief menjadi satu dari lima kapal yang mengikuti Indonesian Yacht Show 2015. Dari kelimanya hanya kapal ini yang ‘berbahan baku’ kayu.
Simon Richard Bolt, pemilik Mischief, membangun kapal ini kurang lebih tiga tahun. Ia mengawali prosesnya di Tana Beru, Kabupaten Bulukumba, Sulawesi Selatan. “We worked with Bapak Haji Wahab, he built the boat for us," katanya.
Setelah kapal dibangun, Mischief kemudian dibawa ke Tanjung Bira, Sulawesi Selatan untuk dibuatkan interiornya. Masih belum selesai juga, Mischief dibawa meninggalkan Sulawesi menuju Bali. Di sana detail-detail yang masih kurang dan beberapa pernak-pernik diselesaikan.
Mischief merupakan kapal asli buatan Indonesia. Setiap elemen dalam kapal ini dibuat dan menggunakan bahan-bahan dari Indonesia. Kecuali mesinnya, Simon menggunakan mesin buatan Jepang.
Mischief merupakan kapal layar jenis pinisi. Saat dibandingkan dengan kapal buatan Inggris yang ‘parkir’ di sebelahnya, Simon mengaku percaya diri. Menurut pria asal Inggris ini, kapal buatan Indonesia mampu bersaing.
Menurut Simon, kualitas pinisi menakjubkan. Setiap pinisi yang baru dibuat kualitasnya lebih baik dari yang sebelumnya. Mischief, diakui Simon, memiliki kualitas yang lebih baik dari beberapa kapal layar impor.
Saat dipamerkan, Menteri Pariwisata Arief Yahya dan mantan Menko Bidang Kemaritiman Indroyono Soesilo sempat datang melihat. Di salah satu ruangan Mischief, mereka saling bercanda dengan Simon. “Tahu nggak hebatnya orang Indonesia? Mereka membuat kapal begini nggak pakai gambar-gambar,” ujar Indroyono disambut tawa keduanya.
Simon membenarkan hal itu. Dalam prosesnya, Simon meminta tolong seorang perancang untuk menggambar blueprint perahu ini. Namun saat mulai dibuat di Tana Beru, Haji Wahab banyak mengubah beberapa hal yang dirasa lebih tepat tanpa memerhatikan gambar.
Pinisi adalah jenis kapal layar tradisional Indonesia. Perahu ini menjadi bagian dari budaya suku Bugis dan Maluku. Awalnya perahu layar ini digunakan penduduk untuk mengangkut barang. Namun seiring perkembangan zaman, banyak yang membuat ini untuk tujuan wisata maupun komersial.
Salah satu desa yang terkenal sebagai desa pembuat pinisi adalah Tana Beru. Desa ini merupakan desa pesisir yang terletak di Kabupaten Bulukumba, Sulawesi Selatan.
Rencananya Simon akan membawa Mischief berlayar ke Kalimantan, Sulawesi, Ternate, Raja Ampat, Sorong, Teluk Cendrawasih, dan Flores. Perjalanan akan dimulai bulan November 2015 dari Jakarta, dan tiba di Flores kira-kira bulan Maret atau April 2016.
Dalam proses pembuatannya Simon mengaku tak mengalami kesulitan sama sekali. “It’s a lot of fun. I really enjoyed it," katanya.
Penulis | : | |
Editor | : | Julie Erikania |
KOMENTAR