Nationalgeographic.co.id—Saat itu tahun 1526. Raja Inggris Henry VIII sedang melangsungkan pernikahan pertamanya dengan Catherine dari Aragon, saat ia pertama kali melihat Anne Boleyn. Saat itu, Anne adalah pendamping pengantin wanita Catherine dan tinggal di istana Henry. Rasa tertarik pun langsung muncul.
Henry VIII sudah memiliki beberapa gundik, termasuk saudara perempuan Anne Boleyn, Mary. Rupanya, Henry VIII berusaha untuk mendapatkan putra dan ahli waris yang tidak dapat diberikan Catherine kepadanya. Ia tergila-gila pada Anne Boleyn. Namun Anne Boleyn tidak ingin menjadi gundik belaka. Ia ingin menjadi ratu. Jadi, ia menolak permintaan Henry yang berulang-ulang, yang membuat Henry semakin terobsesi padanya. Namun, bagaimana ia bisa menceraikan Catherine secara hukum?
Pada abad ke-16, Inggris merupakan bagian dari Gereja Katolik Roma, yang melarang perceraian. Jadi Henry VIII meminta Paus Clement VII untuk membatalkan pernikahannya. Alasannya? Catherine sebelumnya telah menikah dengan saudara laki-laki Henry VIII, Arthur, yang meninggal tak lama setelah pernikahan tersebut. Menurut sebuah bagian Alkitab di Imamat, Henry berkata, ia dilarang menikahi istri saudaranya. Dengan demikian, pernikahannya dengan Catherine tidak sah. Namun, Paus tidak setuju dan menolak untuk memberikan pembatalan pernikahan.
Tanpa jalan keluar yang sah dari pernikahannya, Henry bersekongkol dengan menteri utamanya, Thomas Cromwell. Cromwell menyarankannya untuk menyatakan dirinya sebagai kepala gerejanya sendiri dan memberikan pembatalan pernikahan kepada dirinya sendiri.
Anne Boleyn menolak rayuan Henry selama bertahun-tahun saat ia berusaha menceraikan Catherine. Tapi ia mulai khawatir bahwa Henry VIII mulai kehilangan minat padanya. Jadi, pada akhir tahun 1532, Anne Boleyn mengandung. Pasangan itu buru-buru menikah dalam sebuah upacara rahasia pada bulan Januari 1533. Setelah itu, uskup agung Canterbury yang baru membatalkan pernikahan Henry dengan Catherine.
Paus mengucilkan Henry VIII. Parlemen Inggris kemudian mengeluarkan undang-undang yang menyatakan bahwa kekuasaan gereja Katolik secara efektif dialihkan kepada raja Inggris. Anne Boleyn dimahkotai sebagai ratu pada bulan Juni 1533. “Hanya 9 hari setelah Henry menceraikan Catherine dari Aragon,” tulis Melanie Radzicki McManus di laman How Stuff Works.
Apa yang terjadi setelah Anne Boleyn menikah dengan Henry VIII?
Terlepas dari semua manuver ini, dan masa pendekatan selama 6 tahun, hubungan mereka dengan cepat memburuk setelah keduanya menikah. Anne Bolyn melahirkan seorang putri, Elizabeth, lalu mengalami setidaknya dua kali keguguran. Henry VIII menyalahkan istrinya karena tidak memberinya putra yang sangat penting itu.
Anne Boleyn adalah seorang bangsawan istana berpengalaman yang pernah bertugas di istana Prancis saat remaja. Di sana, ia belajar bahasa Prancis dan seni, mode, sastra, dan filsafat agama. Namun terlepas dari latar belakangnya ini, ia tidak disukai ketika ia kemudian bertugas di istana di bawah Henry VIII. Orang-orang menganggapnya sulit dan sombong. Ketidaksukaan ini meningkat ketika ia menikah dengan Henry VIII. Pasalnya, Catherine dari Aragon adalah ratu yang populer. Jadi, setelah gairah Henry VIII padanya akhirnya memudar, ia tidak mendapat banyak dukungan.
Selain itu, sementara Catherine dapat mengabaikan hubungan perzinahan Henry, Anne Boleyn tidak. Faktanya, dia sangat marah dengan perselingkuhan Henry VIII. Ia sering bertanya di mana suaminya berada dan dengan siapa. Lebih buruk lagi, dua pengiring pengantin wanita Anne Boleyn, Jane Seymour dan Madge Shelton, adalah simpanan Henry VIII. Lagi-lagi sang raja mulai mencari putra dan ahli waris di tempat lain.
Baca Juga: Bagaimana Anne Boleyn Mengubah Sejarah dan Kerajaan Inggris?
Source | : | How Stuff Works |
Penulis | : | Sysilia Tanhati |
Editor | : | Mahandis Yoanata Thamrin |
KOMENTAR