Festival Soto-Sate Nusantara yang digelar Pemerintah Kota Padang, Sumatera Barat, 5-6 September 2015 diharapkan mampu memancing daya tarik wisatawan untuk berkunjung ke kota itu.
"Kegiatan ini tergolong langka dan baru pertama kali diadakan di Kota Padang, tentu akan menjadi daya tarik tersendiri bagi wisatawan," kata Deputi Pengembangan Pemasaran Pariwisata Nusantara, Kementerian Pariwisata (Kemenpar), Esthy Reko Astuti di Padang, Sabtu (5/9/2015).
Ia mengatakan, pemerintah kota bersama pengusaha dapat membangun destinasi wisata kuliner Indonesia yang berdaya saing, serta memperkenalkan kuliner tradisional Indonesia, khususnya Kota Padang.
Kegiatan ini juga dirangkai dengan festival marandang, diikuti pejabat dan staf di kelurahan, serta siswa SMA se-Kota Padang. Esthy optimis kegiatan ini dapat menjadi salah satu upaya mempromosikan Kota Padang sebagai daerah yang memiliki aneka kuliner, bahkan rendang sudah menjadi menu yang disajikan di restoran luar negeri.
"Melalui kegiatan ini dapat memperkenalkan kuliner unggulan daerah dan dapat menjadi ikon di daerahnya," katanya.
Ia menjelaskan, salah satu penyumbang devisa negara terbesar adalah pariwisata dan salah satu sektor wisata yang dapat dikembangkan adalah kuliner.
Ia melanjutkan, pada 2013 sektor kuliner memberikan kontribusi nilai tambah bruto sebesar 208,6 triliun, dengan rata-rata pertumbuhan 4,5 persen dan menyerap tenaga kerja 3,7 juta orang dengan pertumbuhan 0,26 persen.
Festival yang diadakan selama dua hari tersebut bertempat di halaman Museum Adityawarman di Kota Padang. Sementara Wali Kota Padang, Mahyeldi Ansharullah mengungkapkan bahwa Kota Padang memiliki banyak kuliner yang enak dan menggugah selera wisatawan, di antaranya soto, sate dan rendang.
"Kita memiliki potensi kuliner yang bervariasi dan rasanya menyenangkan banyak orang,"paparnya.
Mahyeldi berharap, dengan festival ini wisatawan dapat melihat langsung proses memasak kuliner tersebut, serta dapat mencicipi langsung. "Lewat event ini, kita bisa menampilkan kuliner yang kita miliki," tambahnya.
Peneliti Ungkap Hubungan Tanaman dan Bahasa Abui yang Terancam Punah di Pulau Alor
Penulis | : | |
Editor | : | Julie Erikania |
KOMENTAR